Data Pribadi Saya

Nama Pemilik: Ig Fandy Jayanto

Alamat Rumah: Seputih Banyak, Kab. Lampung Tengah


Riwayat Pendidikan:

SD N 1 Sumber Baru
SMP N 1 Seputih Banyak
SMA Paramarta 1 {jurusan Ipa 1}
S1 di UM Metro {jurusan FKIP Matematika}

sedang menempuh pendidikan di Universitas Lampung (Unila)

Pekerjaan:
Guru di SMP Paramarta 1 Seputih Banyak
.........
.........
.........


Kamis, 26 April 2012

Trik membuat rumus praktis matematika



Teman-teman, pada posting kali ini dan seterusnya ( Insya Allah posting tentang rumus-rumus matematika ini akan dibuat serial ) aku mencoba mengingat kembali rumus-rumus dan trik hitung matematika yang selama ini selalu dianggap sulit. Berikut beberapa tips dan trik seputar matematika yang berhasil aku kumpulkan dari beberapa sumber. Silakan simak baik-baik uraian berikut semoga bermanfaat.....

Trik Hitung Perkalian

Trik Perkalian 11

Mungkin perkalian 1 x 11 sampai 9 x 11 sudah kalian hafal.

Karena itu sangat gampang, contoh:

1 x 11 = 11

8 x 11 = 88

9 x 11 = 99

Karakteristik Angka atau bilangan spesial


Karakteristik Angka atau bilangan spesial

Angka yang sering kita jumpai di pelajaran matematika banyak yang memiliki karakteristik spesial.
Hal ini dulu saya sadari saat diberi pelajaran matematika SD oleh ayah saya. Maklumlah ayah saya merupakan guru spesialis matematika untuk SD.

Untuk mengingat kembali angka angka spesial itu antara lain :

1. Angka genap dan angka ganjil

Misal angka 86340895

Ditanya angka diatas itu angka genap atau angka ganjil ?

Jawabnya adalah Angka Ganjil

Dari mana bisa mengetahui suatu angka itu genap atau ganjil ?

Dari angka 86340895 kita lihat digit terakhir yaitu angka 5

Bila digit terakhir bisa habis dibagi dengan 2 ( tidak ada sisa ) maka bilangan tersebut adalah genap . selain itu maka bilangan yang dimaksud adalah ganjil

Cara Praktis Menghafal Tabel Perkalian dasar


Teman-teman, Mungkin kamu masih ingat waktu masih kecil dulu kita diwajibkan menghapal tabel perkalian oleh orang tua kita mulai dari :

1x1 , 1x2 , .. 1x9
2x1, 2x2,.. 2x9
..
..
9x1,9x2,.. 9x9


Pasti masih terasa sulitnya menghapal perkalian dasar yang totalnya mencapai hampir 100.

Ada teknik sederhana bila lupa terhadap perkalian dasar.

Berikut metodenya :

Misal kita ingin mengetahui berapakah nilai dari perkalian 7 x 8

Isilah lingkaran dibawah angka 7 dari hasil pengurangan 10 -7 yaitu 3 . Isilah lingkaran dibawah angka 8 dari hasil pengurangan 10 - 8 yaitu 2 .

perkalian khusus


perkalian khusus


Hitunglah masing masing perkalian dibawah ini dalam 3 detik

15 x 15
25 x 25
35 x 35
45 x 45
55 x 55
65 x 65
75 x 75
85 x 85
95 x 95

Bagaimana metode untuk menghitung cepat perkalian diatas :

Prosesnya seperti berikut :

15 x 15

perkalian 2 digit dibawah 20


perkalian 2 digit dibawah 20

Dapatkah anda menghitung perkalian dibawah ini masing masing dalam waktu 5 detik tanpa menggunakan kalkulator ?

18 x 12

12 x 17

16 x 18

13 x 17

Anda jangan lah heran kalo semua perhitungan diatas dapat diselesaikan masing masing dalam waktu 5 detik.

Verifikasi hasil penjumlahan sederhana


Verifikasi hasil penjumlahan sederhana

Masih ingat pelajaran waktu kita kelas 1 SD mengenai penjumlahan ?

Misal kita mendapatkan soal spt dibawah ini :

75 -> bilangan 1
18 -> bilangan 2
----- +
?? -> bilangan 3

bila kita menghitung maka akan didapat nila 93.

trik Penjumlahan banyak bilangan


Penjumlahan banyak bilangan

Berapakah jawaban soal dibawah ini bila menghitung tanpa kalkulator ?

1+4+7+8+9+2+3+4+6+7+8+6+8+9

ada tips sederhana utk menghitung soal diatas. Perhatikan langkah langkah dibawah ini :
1+4 =5
5+7= 12 ->.2 beri tanda titik untuk bilangan lebih atau sama dengan 10
2+8=10 ->.0
0+9 = 9
9+2=11 ->.1
1+2=3
3+3=6
6+4=10 ->.0
0+6=6
6+7 =13->.3
3+8=11->.1
1+6=7
7+8=15->.5
5+9 =14->.4 -> jawaban akhir

Fakta Unik Tentang Matematika


Fakta Unik Tentang Matematika

Category: Edukasi , Unik
FAKTA UNIK MATEMATIKA


Mari kita saksikan sebuah keajaiban lain dari dunia matematika. matematika? beneran matematika, jangan illfeel dulu ya? kalo punya kalkulator ato pake alat hitung bisa digunain sembari baca trit ini. Mari kita liat satu satu keajaiban Allah, tuhan YME, yang menciptakan perhitungan matematika se wonderfull ini.

FAKTA 1 :
1 x 8 + 1 = 9
12 x 8 + 2 = 98
123 x 8 + 3 = 987
1234 x 8 + 4 = 9876
12345 x 8 + 5 = 98765
123456 x 8 + 6 = 987654
1234567 x 8 + 7 = 9876543
12345678 x 8 + 8 = 98765432
123456789 x 8 + 9 = 987654321


FAKTA 2 :

Cara Berhitung Cepat Pembagian dan Perkalian


Cara Berhitung Cepat Pembagian dan Perkalian

Entah karena semangat atau karena sedang marah, Saya berjalan dengan cepat sambil membawa tumpukan kertas. Tampaknya Paman sedang mencari-cari tiga bocah kecil Al, Geo, dan Meti.
“Lihat nih…!” dengan nada ketus Saya menyodorkan tumpukan kertas ke atas meja.
Al, Geo, Meti, diam saja. Mereka sedikit melirik tumpukan kertas itu. Terlihat beberapa tulisan tentang matematika.
1842 : 6 = …. = 37
3236 : 4 = …. = 89
5463 : 9 = …. = 67
6448 : 8 = …. = 86
4949 : 7 = …. = 77
“Hihihi….hiks….” Meti cekikikan.
Al dan Geo mau ikut cekikan tetapi takut karena tidak tahu pasti mengapa Meti bisa cekikikan begitu.
“Ada apa Meti !?” Saya bertanya dengan tegas.
“Lucu Paman…”
“Apanya yang lucu…!”

Bukti bahwa sebarang bilangan dikalikan dengan nol, hasilnya adalah nol


Bukti bahwa sebarang bilangan dikalikan dengan nol, hasilnya adalah nol

Siapa menganggap bahwa a.0 = 0  merupakan suatu sifat tanpa bukti. Mungkin memang aneh kalau sifat yang sederhana seperti itu dibuktikan. Berikut adalah buktinya.

Suatu sifat di matematika (sifat tanpa bukti) yaitu pada penjumlahan 0 = 0 + 0 

Kita akan menggunakan sifat tersebut untuk membuktikan bahwa a.0 = 0  untuk sebarang a bilangan real.

0 = 0 + 0

Kalikan kedua ruas dengan a
a.0 = a ( 0 + 0 )
a.0 = a.0 + a. 0 

Bermain Aljabar Abstrak Kreatif Bersama Al, Geo, Meti


Bermain Aljabar Abstrak Kreatif Bersama Al, Geo, Meti

Saya memiliki beberapa hobi. Salah satu hobi saya adalah belajar aljabar abstrak.
Kali ini Saya beruntung dapat belajar aljabar abstrak sambil bermain dengan Al, Geo, Meti. Permainan asyik kreatif aljabar abstrak ini mengajak kita untuk mengenal konsep group, subgroup, fungsi, komposisi, invers, identitas, group simetrik, dan lain-lain.
Al, Geo, Meti masing-masing menyukai fungsi komposisi. Al menyukai fung r, Geo menyukai p, dan Meti menyukai q. Ketiga fungsi p, q, r di atas adalah fungsi komposisi pada subgroup kubus Rubik.
p = MM AIH MM UKA MM
q = HMH BB KNH BB KK
r = KAH AKAAH AA
Tanda spasi atau kurung bila ada hanya kita gunakan untuk memudahkan membaca atau menghafal. Sebagaimana notasi Rubik fungsi komposisi di atas kita baca dan kita kerjakan dari kiri ke kanan. (Berbeda dengan notasi fungsi komposisi pada aljabar umumnya yang mengerjakan fungsi dari kanan ke kiri).
Tiga fungsi p, q, r ini beroperasi pada sistem bilangan jam 3an yang merupakan subgroup dari group simetrik 3 (S3).

trik yang cukup menarik hanya dengan menggunakan model perkalian


Berikut ada beberapa trik yang cukup menarik hanya dengan menggunakan model perkalian dan kemudian dengan membaginya dengan kelipatan angka 10. Perhatikan penjelasan berikut ini :
  1. Untuk membagi bilangan yang dibagi 125, caranya yaitu kalikan bilangan tersebut dengan 8, kemudian bagilah dengan 1000.  misalnya; 7000/125 = (7000 x 8)/1000 = 56.
  2. Untuk membagi bilangan yang dibagi 50, caranya; kalikan 2 dan bagi 100.contoh ; 300/50 = (300 x 2)/100 = 6.
  3. Untuk membagi bilangan yang dibagi 500, kalikan 2 kemudian bagi 1000.contoh; 7500/500 = (7500×2)/1000 = 15.
  4. Untuk membagi bilangan yang dibagi 5, kalikan 2 kemudian bagi 10. contoh; 35/5 = (35×2)/10 = 7.
  5. Untuk membagi bilangan yang dibagi 25, kalikan 4 kemudian bagi 100.contoh; 3700/25 = (3700×4)/100= 148.
  6. Untuk bilangan yang dibagi dengan 250, kalikan 4 kemudian bagi 1000.
  7. Untuk bilangan yang dibagi dengan 16 2/3, kalikan 6 kemudian bagi 100.
  8. Untuk bilangan yang dibagi dengan 33 1/3, kalikan 3 kemudian bagi 100.
  9. Untuk bilangan yang dibagi dengan 166 2/3, kalikan 6 kemudian bagi 1000.

Teknik Bintang Semakin Bersinar

Berhitung Cepat Teknik Bintang Semakin Bersinar: Bintang Kecil dan Bintang Gendut

Teknik berhitung cepat semakin banyak diminati orang. Teknik Bintang adalah teknik berhitung cepat yang menawan persembahan dari SAYA. Teknik Bintang membekali kita untuk berhitung cepat perkalian, kuadrat, pembagian, bahkan sampai akar. Teknik Bintang juga dapat kita gunakan untuk perkalian sampai ribuan, jutaan atau berapa pun yang kita perlukan. Atau dengan kata lain teknik bintang dapat kita gunakan untuk menghitung 1 digit, 2 digit, 3 digit atau berapa pun sesusai kebutuhan kita.
Telah lama  SAYA memperkenalkan teknik Bintang ini. Pada kesempatan ini  SAYA akan berbagi teknik Bintang yang lebih menantang lagi: Bintang Gendut. Teknik yang telah  SAYA bagi pada tulisan-tulisan terdahulu kita kelompokkan sebagai Bintang Kecil. Sedangkan Bintang Gendut adalah inovasi terbaru dari keluarga besar SAYA.
Mari berpetualang…
31
21x

……
Tentu kita dapat menghitung dengan mudah.
3×2 = 6
(3×1) + (2×1) = 5
1×1 = 1
Jadi,
31×21 = 651 (Selesai)
Cara di atas adalah teknik Bintang Kecil.
211
311x
—–
………
Tentu kita dapat menyelesaikan soal di atas dengan jurus Bintang 3 karena 3 digit x 3 digit. Tetapi dengan pendekatan Bintang Gendut maka kita cukup hanya menggunakan Bintang 2 saja.
2×3 = 6
(2×11)+(3×11) = 55
11×11 = (1)21
Jadi, 211 x 311 = 65621.
Seperti biasa… dalam kenyataannya Algeometi dapat menghitung soal semacam di atas tanpa coretan. Anak-anak atau kita dapat langsung berhitung perkalian sekali hitung. Begitu soal muncul maka kita langsung dapat menyelesaikannya.
Sedang uraian tulisan di atas adalah sekedar penjelasan saja agar dapat kita pelajari.
Bintang Gendut 3 akan lebih menarik lagi…
2.011
3.011x
——-
…………
2×3 = 6
(2×11)+(3×11) = (0)55
11×11 = 121
Jadi, 2011 x 3011 = 6.055.121
Mari berlatih dengan Bintang 3 Gendut…
2021
2021x
———-
……….
3011
3012x
———–
………..
5011
5011x
———–
………..
(Jawaban: 25.110.121; 9.069.121; 4.084.441)

Sembilan Tips dan Trik Hitung Matematika



Belajar Matematika sangat mengasyikkan jika kita tahu cara penyelesaiannya. Persoalan matematika biasanya dikerjakan dengan cara-cara yang pasti/baku, atau dengan trik-trik yang dapat mempermudah perhitungan pada umumnya. Bila Anda ingin makin mahir dalam bidang Matematika, hendaknya sering melatih diri dengan menyelesaikan persoalan Matematika sebanyak mungkin.

Di bawah ini ada 9 (sembilan) tips dan trik penyelesaian soal Matematika dengan cepat, antara lain :

1. Pengkuadratan Angka Berakhiran Lima
langkah-langkahnya :
a) Kalikan angka sebelum angka lima dengan angka urutan selanjutnya.
b) Tuliskan angka 25 di belakang angka hasil dari a)
contoh :
i. 652 = ?
a) 6 x 7 = 42
b) hasil : 4225
ii. 1052 = ?
a) 10 x 11 = 110
b) hasil : 11025

Minggu, 15 April 2012

mitos matematika


 mitos matematika



BANYAK mitos menyesatkan mengenai matematika. Mitos-mitos salah ini memberi andil besar dalam membuat sebagian masyarakat merasa alergi bahkan tidak menyukai matematika. Akibatnya, mayoritas siswa kita mendapat nilai buruk untuk bidang studi ini, bukan lantaran tidak mampu, melainkan karena sejak awal sudah merasa alergi dan takut sehingga tidak pernah atau malas untuk mempelajari matematika. Meski banyak, namun ada lima mitos sesat yang sudah mengakar dan menciptakan persepsi negatif terhadap matematika.
Mitos pertama, matematika adalah ilmu yang sangat sukar sehingga hanya sedikit orang yang atau siswa dengan IQ minimal tertentu yang mampu memahaminya. Ini jelas menyesatkan. Meski bukan ilmu yang termudah, matematika sebenarnya merupakan ilmu yang relatif mudah jika dibandingkan dengan ilmu lainnya. Sebagai contoh, amati perbandingan soal untuk siswa kelas 6 sebuah SD swasta berikut ini. Soal pertama, “Sebutkan 3 tarian khas daerah Kalimantan Tengah.” Soal kedua, “ Sebuah lingkaran dibagi menjadi tiga buah juring dengan perbandingan masing-masing sudut pusatnya adalah 2 : 3 : 4, maka hitung besar masing-masing sudut pusat juring-juring tersebut“ .
Ternyata, persentase siswa yang menjawab benar soal kedua lebih besar dibandingkan persentase siswa yang menjawab benar soal pertama. Tanpa ingin mengundang perdebatan, contoh di atas menunjukkan, bahwa matematika bukanlah ilmu yang sangat sukar. Soal matematika terasa sulit bagi siswa-siswa kita karena mereka tidak memahami konsep bilangan dan konsep ukuran secara benar semasa di sekolah dasar. Jika konsep bilangan dan ukuran dikuasai, maka pekerjaan menganalisis dan menghitung menjadi hal yang mudah dan menyenangkan.
Mitos kedua, matematika adalah ilmu hafalan dari sekian banyak rumus. Mitos ini membuat siswa malas mempelajari matematika dan akhirnya tidak mengerti apa-apa tentang matematika. Padahal, sejatinya matematika bukanlah ilmu menghafal rumus, karena tanpa memahami konsep, rumus yang sudah dihafal tidak akan bermanfaat. Sebagai contoh, ada soal berikut, “Benny merakit sebuah mesin 6 jam lebih lama daripada Ahmad. Jika bersama-sama mereka dapat merakit sebuah mesin dalam waktu 4 jam, berapa lama waktu yang diperlukan oleh Ahmad untuk merakit sebuah mesin sendirian ?”.
Seorang yang hafal rumus persamaan kuadrat tidak akan mampu menjawab soal tersebut apabila tidak mampu memodelkan soal tersebut ke dalam bentuk persamaan kuadrat. Sesungguhnya, hanya sedikit rumus matematika yang perlu (tapi tidak harus) dihapal, sedangkan sebagian besar rumus lain tidak perlu dihafal, melainkan cukup dimengerti konsepnya. Salah satu contoh, jika siswa mengerti konsep anatomi bentuk irisan kerucut, maka lebih dari 90 persen rumus-rumus irisan kerucut tidak perlu dihafal.

Latihan Berhitung Cepat Limit


Latihan Berhitung Cepat Limit

Semakin banyak berlatih akan semakin mahir. Tahap demi tahap, Saya menyiapkan berbagai macam latihan untuk Al, Geo, Meti.
Untuk latihan berhitung cepat limit, Saya menyusun beberapa pendekatan: pengenalan (0/0) dan pengenalan (~/~).
1.
\lim_{x \to 5}\frac{x^2 - 2x - 15}{x - 5}
Jawab:
Langkah pertama dari penyelesaian limit adalah substitusikan, nilai x = 5. Maka kita peroleh:
\frac{5^2 -2.5 - 15}{5 - 5}
= 0/0
Bentuk 0/0 adalah bentuk tak tentu. Karena itu kita perlu memanfaatkan limit untuk menentukan nilai dari bentuk tak tentu tersebut.
Langkah kedua, adalah menghilangkan pembuat 0/0.
Dalam contoh kita, tampak jelas pembuat 0/0 adalah adanya (x – 5).

Makalah Sejarah Pembaharuan Dunia Islam Di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Pembaharuan Dunia Islam Di Indonesia

Sejarah peradaban atau apapun memang tidak selalu berjalan linear. Bak roda pedati yang sulit sekali pada tiap-tiap bagiannya mengalami keajegan final, kadang naik, kadang turun, kadang berhenti sejenak, dan seterusnya. Sesuatu yang sangat wajar, dan barangkali sudah terlalu biasa didengar. Demikianlah sebuah titah kehidupan yang mau tak mau diemban seorang anak manusia.
Begitupun persoalan pembaharuan dalam Islam, tak disangsikan lagi merupakan sesuatu yang tidak boleh tidak terjadi. Pembaharuan bagi Islam seolah sudah menjadi determinasi sejarah. Ia terus dan akan selalu terjadi, kalaupun tidak, nampaknya memang mesti diadakan. Apalagi bila kata pembaharuan Islam disandingkan dengan hal mana dinamakan kemodernan—yang notabene anak kandung peradaban Barat. Namun, nampaknya pembaharuan dalam Dunia Islam bukan soal diadakan atau tidak. Kalau persoalannya sekadar menjadi diadakannya pembaharuan atau tidak, agaknya membincang  pembaharuan boleh dianggap selesai, dan lagi menjadi tidak menarik. Persoalan menjadi lain, manakala diajukan sebuah pertanyaan: bagaimana cara melakukan pembaharuan Islam itu?
Pertanyaan di atas amat krusial, bahkan membuahkan perdebatan yang tidak pernah selesai hingga kini. Banyaknya suara dengan mana pembaharuan Islam dilakukan, makin memperlambat perkembangan religiusitas Umat Islam. Dimana Umat seharusnya sudah melangkah ke tahap lanjutan ketimbang dengan hanya bergulat pada soal religiusitas. Kontestasi antara sikap kembali kepada tradisi, sebagai wujud sikap atas nama kebaruan Islam dengan sikap menerima kemodernan sebagai ‘jalan lurus’ sikap hidup, atau mengakomodasi keduanya, menjadi tema yang berkepanjangan. Karenanya pembaharuan dalam Islam, hingga kini, boleh dibilang baru pada tahap wacana. Kalaupun memunculkan gerakan, hal itu belum secara masif dilakukan. Dalam menyikapi kemodernan, situasi dan kondisi Dunia Islam memang sangat berbeda dengan Barat. Berangkat dari tradisi yang berpijak pada doktrin Jesus “berikan apa yang menjadi hak kaisar pada kaisar, dan yang menjadi hak agama pada agama”. Barat lulus ujian mengatasi polemik pembaharuan keagamaan, meskipun tentu saja tidak kering dari tetesan tinta maupun darah  selama berabad-abad lamanya. Sekularisme menjadi ajimat bagi Barat. Persepsi terhadap Isa As. yang dilihat tak lebih hanya sebagai pengemban titah keagamaan dan tidak termasuk pada masalah keduniaan, melepaskan Tuhan dari gerak sejarah. Keuntungannya, Barat tidak terus-menerus berpusar pada persoalan relijiusitas, hal ini sudah dianggap selesai. Preseden ini tidak terdapat dalam Dunia Islam. Muhammad Saw. tidak pernah secara tandas menegaskan, apakah ia pengemban titah keagamaan saja, dan ataukah juga terutus untuk menyelesaikan masalah-masalah keduniaan, dalam artian seluas-luasnya. Yang terlihat justru malah kedua-duanya. Pencitraan Muhammad Saw. seperti ini hampir dianut oleh sebagian besar Umat Islam di dunia, termasuk di Indonesia. Karena itulah gejala umum yang terjadi dalam Umat Islam, ketika mereka menghadapi situasi modern, masalahnya nyaris sama. Berputar dalam masalah langkah-langkah yang mesti dilakukan dalam melakukan pembaharuan. Sayangnya, sedikit sekali orang yang mau berkubang dalam upaya mencari yang sejati dari apa yang dinamakan pembaharuan Islam.

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR UNTUK PEMBELAJARAN NILAI / AFEKTIF


STRATEGI BELAJAR MENGAJAR UNTUK PEMBELAJARAN NILAI / AFEKTIF

Moto   : “Orang sering berkeinginan melaksanakan apa – apa yang dirasakan dan dipikirkannya baik, namun apa yang diperbuat sering berbeda dengan hal tersebut”
http://navelmangelep.files.wordpress.com/2011/12/guru-word.jpg?w=304&h=232Sebelum membahas mengenai strategi belajar mengajar maka hendaknya kita mengetahui perbedaan antara strategi, metode, teknik, maupun pendekatan. Karena banyak orang bingung untuk membedakannya. Strategi merupakan kumpulan sejumlah metode/cara/pola dalam mencapai/melaksanakan sesuatu atau mengerjakan sesuatu. Sedangan Metode merupakan kumpulan sejumlah teknik, dan Teknik adalah taktik atau cara kerja. Pendekatan (approach) adalah pola/dasar berfikir atau kerangka berfikir dalam menghadapi/ menyelesaikan/mengerjakan sesuatu.  Tentu saja Pendekatan seseorang akan menentukan strateginya, sedangkan metode serta teknik kerja akan ditentukan oleh pilihan strategi orang tersebut.
Pengertian-pengertian ini sangat perlu difahami sebagai tolak ukur kita, dalam membahas pembelajaran nilai/afektif, dan rumusannya sengaja saya sederhanakan sekalipun dalam dunia pendidikan/pembelajaran hal-hal tersebut masih merupakan polemik yang berkepanjangan.
Pada awal tulisan ini saya utarakan sebuah moto. Moto tersebut menunjukkan bahwa sering apa yang dipikirkan dan dirasakan (afeksi) berlainan dengan apa yang kita lakukan. Ini menunjukkan bahwa masalah berbuat/acting merupakan dunia yang terpisahkan dengan dunia yang ada dalam diri seseorang (Metcalf, 1971). Hal ini memang demikian sebab dalam dunia nyata/perbuatan variabel penentunya sangat banyak serta sering di luar kemampuan dan daya kontrol kita. Selanjutnya saya ingin memperingatkan para guru bahwa membina/mendidik/mengajar afektif memerlukan pendekatan dan strategi serta metode khusus dan sering lebih berat daripada pembelajaran kognitif.
Masalah afektif yang bersifat kejiwaan dan berada di dalam diri manusia, sulit dibaca dan diukur. Namun mampu dikaji/dibaca/diramal melalui sejumlah indikator. Karenanya pembelajaran afektifpun hendaknya memanfaatkan media indikator ini untuk dapat menembus hati nurani dan perasaan anak, dan guru harus telaten serta ulet, karena untuk mampu membuka tabir diri anak dan membina keseluruhan kejiwaannya kita harus menggunakan aneka teknik dan metode.
Dalam membaca potret diri seseorang (anak) banyak orang  kuatir kalau apa yang dinampakkan/terbaca itu adalah semu dan berbeda dengan apa yang sebenarya ada dalam diri anak tersebut. Hal ini bisa saja terjadi. Bahkan justru merupakan sifat afektif bahwa apa yang hari ini dianggap baik/benar oleh kita pada kesempatan atau kondisi lain menjadi tidak benar (berubah). Untuk itulah saya ingatkan kembali perlunya membaca aneka indikator yang ditampilkan anak. Demikian halnya dalam membinanya. Hal lain yang saya ingin ingatkan bahwa dalam mengajar afektif/nilai – sebenarya juga dalam pembelajaran lainnya – yang terutama harus mengetahui/menyatakan keadaan sesuatu bukanlah guru melainkan anak itu sendiri. Maka  kita tidak usah paksa/ambisius untuk tahu segalanya melainkan melontarkan upaya/stimulus agar anak dapa menampilkan jati dirinya yang sebenarnya. Boleh saja anak mengatakan “saya belum pernah mencuri”, tetapi melalui stimulus/media yang kita lontarkan dalam pembelajaran anak itu berdialog dan menjawabnya bohong karena sebenarnya pernah mencuri lalu menilainya baik atau tidak perbuatan tersebut serta muncul jawaban dan niat baru. Inilah yang paling penting yang harus muncul pada detik-detik  berlangsungnya pembelajaran afektif  !
Marilah kita kaji sekarang manfaat/tujuan dari Pembelajaran Afektif/Nilai setelah anda membaca uraian pendahuluan tadi. Di bawah ini akan saya cuplikkan sejumlah manfaat Pembelajaran Afektif yang di ramu dari berbagai pendapat (antara lain  :  C M Beck cd/1971 ; Baier, Dewey dan lain-lain).
Bahwa pembelajaran ini sangat perlu karena  :
1.   Mengajak siswa untuk mengklarifikasi dan mengungkap dirinya
2.   Membina, meningkatkan serta mengembangkan masalah afeksi melalui cara yang wajar dan sesuai dengan potensi diri yang bersangkutan.
3.   Membawakan dunia emosional/afeksi dalam pembelajaran serta melatih siswa untuk melakoninya sehingga dapat mengalami sendiri.
4.   Melatih dan membina perbaikan kehidupan/sosial (social and life ajustment).
5.   Membentuk dan mengembangkan sikap – sikap konstruktif positif.
6.   Menanamkan nilai/sistem nilai yang utama/esensial serta melestarikanya.
7.   Membina tata cara pemahaman (understanding) moral dan perilaku seseorang dengan kajian sistem nilai.
8.   Membina kesadaran akan : perlunya nilai/moral, kebaikan tentang sesuatu (a set of..) nilai dan mendorong keinginan untuk menganut serta melaksanakannya.
9.   Pembinaan dan pengembangan kepribadian anak (Personaliti/Ego development).
Dari ungkapan kegunaan dan tujuan di atas jelas kiranya bagi kita terutama para guru bahwa penanaman sikap, moral dan nilai tidak boleh dilaksanakan secara verbalisme melainkan harus meresap pada diri yang bersangkutan.
Dasar–dasar Dan Pendekatan Strategi Pembelajaran :
Adapun dasar dan pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) dewasa ini ialah keharusan untuk memperhatikan dan menerapkan hal – hal sbb :
1.   http://navelmangelep.files.wordpress.com/2011/12/anak-belajar1.jpeg?w=159&h=168Pembelajaran hendaknya bersifat Siswa Sentris (student centered = student based). Dalam pengertian ini maka guru harus mampu membaca/memahami hal ihwal keadaan diri siswa serta selalu memperhatikan keadaan/kesukaran/keberhasilan/kemampuan siswa baik di saat merancang pembelajaran maupun pada waktu PBM berlangsung. Idealnya memang dilaksanakan pola pembelajaran Individual (Individualized Instruction) seperti Pembelajaran Modul (Modular Instruction). Namun dalam pembelajaran klasikalpun hal ini memungkinkan melalui aneka metode/teknik yang memang memberikan kesempatan pada siswa maju/berkembang menurut potensinya masing-masing.
Memahami Siswa berarti kita harus mengkaji  :
1).  Gambaran keadaan siswa itu sendiri yang meliputi  : (a) Potensi pisik dan jiwanya (Pelajar lambat/cepat dan lain-lain), (b) Tingkat perkembangan belajarnya, (c) Pengetahuan siap (entery behavior) yang dimilikinya serta pengalaman belajarnya (learning experiences), (d) Latar belakang sosial ekonomi dan lingkungannya, (e) Karakteristik masyarkatnya (sosial budaya), (f) Minat, kepentingan, masalah dan harapannya, dan (g) Proyeksi yang ditetapkan masyarakat/Pemerintah untuk masa depan yang diharapkan. Kesemua ini akan harus memberikan dampak terhadap Program maupun pilihan metode kita. Oleh karena itu, secara idealnya setiap anak/kelompok/kelas guru harus siap dengan Persiapan pembelajaran yang berlainan.
2).  Hal kedua yang menyangkut diri siswa dan perlu diperhitungkan oleh guru ialah gambaran Kebutuhan Siswa (Learner’s needs) yang diutarakan Malcolm Alfred (1978) yang meliputi 14 kebutuhan siswa selama berperan sebagai Pelajar. Kebutuhan  dimaksud mencakup: (1) Untuk melakukan komuniksi interpersonal (dengan sesama), (2) Untuk mendapatkan dukungan lingkungan fisik yang sesuai (tata ruang/kelas dan lain-lain), (3) Akan bantuan dan pengarahan serta jaminan kesesuaian dari/dengan masyarakatnya, (4) Akan mendapatkan bantuan stimulus/rangsangan guna pemusatan perhatian terhadap pembelajaran, (5) Untuk diperhatikan keadaan/kemampuan pisik dan spiritualnya (rasa lelah, kantuk, jemu dan lain-lain), (6) Akan kesempatan pengembangan intelektualnya (kesempatan berpikir, mengkaji dan lain-lain), (7) Akan adanya kesempatan untuk perumusan konsep-konsep secara mandiri (menangkap arti, membuat kesimpulan dan lain-lain), (8) Untuk mendapatkan kejelasan yang jelas (clarity) tentang pembelajaran baik dari guru maupun uapya sendiri, (9) Akan adanya kesempatan pemahaman konsep/pengetahuan, (10) Untuk mentransfer pengalaman masa lampaunya seperti perbendaharaan pengetahuan atau pengalaman belajarnya, (11) Untuk mendapatkan kesempatan turut aktif berpartisipasi dan mengemukakan sesuatu (to produce), (12) Untuk mendapatkan hadiah-hadiah (pujian, nilai dll), (13) Untuk mendapatkan kesempatan mengekspresikan/ menyam-paikan/menampilkan kreasi dan buah pikirannya, (14) Untuk mengetahui dan merasakan hasil belajar dan kreativitasnya.
Berdasarkan hal-hal tersebut kiranya kita terutama guru harus selalu waspada dalam menentukan isi dan metode pembelajaran dan semaksimal mungkin kita hindarkan pelanggaran terhadap hal tersebut. Suatu contoh misalnya, adanya murid yang mengantuk memang manusiawi apabila pembelajaran berlangsung siang hari atau setelah olahraga atau bulan puasa. Dan keliru kalau kemudian guru marah-marah terhadap siswa tersebut. Yang harus dimarahi ialah diri guru itu sendiri, mengapa materi dan metodenya tidak mampu membangkitkan gairah semangat belajar sehingga tidak menjadi mengantuk  ? Masih menganai diri siswa ini kiranya tepat kalau saya akhiri dengan peringatan akan sifat siswa sebagai generasi muda yang dalam usia remaja atau usia revolusi (revolution age) atau puber. Dalam usia atau tahapan ini umumnya memiliki sifat  : egois, herois, patriotis, emosional, harga dirinya tinggi dan mudah tersinggung, sifat kejiwaan yang labil, memiliki solidaritas yang kuat terhadap teman/ kelompoknya, sedang mengalami perkembangan pisik,senang akan hal baru dan memiliki keberanian yang sering tanpa perhitungan matang.
2.   Sebagai dasar dari pendekatan PBM yang kedua ialah  diterapkannya  pendekatan Humanistik  :  suatu pola berpikir dan pola kerja yang meminta agar kita  :
a.   Menghargai siswa sebagai manusia yang potensial.
Catatan  :  Paradigma Pendidikan  berdasarkan  paham filasfat  konstruktivisme sekarang cenderung menyatakan bahwa “tidak ada anak yang bodoh”, setiap siswa akan mampu belajar dan berhasil asal diberikan kesempatan dan waktu serta cara sesuai dengan kemampuannya.
Dalil lain sebagai “Guru Inovatif” ialah bahwa setiap anak yang memasuki kelas-untuk belajar sesuatu-tidaklah masuk dalam posisi kosong (nol). Sebab melalui/dari pengalaman belajarnya masa lampau atau entery behaviornya sudah memiliki sejumlah hal (mungkin sudah sekian persen, mungkin pula melebihi guru dan mungkin dalam konsep yang salah atau kurang benar. Untuk itu guru perlu menjajaki hal ini)
b.   Menghargai/melayani siswa secara  :  jujur/fair, adil, objektif, hangat, terbuka dan bebas tanpa paksaan dan tekanan.
c.   Mencipatakan suasana kelas yang  :  akrab/kekeluargaan, menyenangkan, bebas bagi perasaan anak untuk tanpa ragu mengekspresikan emosi dan pendapatnya sehingga ada keterbukaan dan kesiapan/kemauan untuk belajar (bacanya  :  kesiapan menerima/mengkaji sesuatu).
Menurut Pendekatan Humanistik hendaknya  guru menjadi “fasilitator”  karena dialah yang akan mampu membina dan mengembangkan potensi dirinya (diri anak) serasi dan selaras dengan potensi, kemampuan, bakat dan minatnya. Dan bukan sebaliknya PBM atau guru menjadi perusak potensi anak.
3.   Dasar pendekatan ketiga yang harus diserap PBM masa kini ialah asas dan keterlaksanaan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Asas ini merupakan aplikasinya butir kesatu. Dan hanya akan terlaksanakan apabila pilihan metoda dan media pembelajaran sesuai /tepat (dilihat dari tolok ukur  :  Tujuan, materi, waktu, siswa dan lain-lain).
Dalam CBSA kesempatan pengembangan diri siwa dibuka seluas mungkin tetapi sudah dipertimbangkan dan diperhitungkan guru pada saat perancangan pembelajaran. Aneka potensi diri siwa terbuka untuk melakukan dialog/interaksi dengan aneka komponen/faktor. Perhatikan gambar di halaman berikut.
Siswa memiliki kesempatan kebebasan berpartisipasi dan berekspresi serta berkreasi dalam jalur arah yang sesuai dengan thema dan tujuan pembelajaran. Untuk pengarahan dan pembinaan pembelajaran inilah sang guru mutlak harus memainkan perannya sebagai Guru Inkuiri . Peran inilah yang kami maksudkan dengan keharusan pelaksanaan CMGA (Cara Mengajar Guru Aktif), sebab CBSA tidak berarti kemudian guru menganggur dan atau pasif sebagai Ronda Malam saja. Justru guru diharapkan selalau memonitor dan menilai setiap jenis kegiatan/aktivitas siswanya agar dicapai hasil belajar yang optimal melalui proses kegiatan yang kadar aktivitasnya menciptakan hasil pengiring yang berkadar tinggi.
Dalam membina kegiatan/aktivitas siswa ini kiranya patut diingat agar tidak asal terjadi partisipasi/kegiatan siswa belaka, melainkan sudah diperhitungkan untuk membina dan melahirkan kegiatan yang kadar CBSA-nya tinggi. Dan tolok ukur tinggi rendah kadar CBSA ini ialah tingkat taksonomi dari domain yang harus bergetar dalam PBM tersebut. Contoh  :   Membaca adalah KBM yang lebih bersifat Kognitif dengan getaran hanya/lebih banyak pada takosonomi kesatu atau dua saja (memahami/recall/ comprehension). Kadar CBSA ini akan meningkat bila KBM-nya bukan hanya membaca melainkan berdiskusi. Melalui diskusi ini maka sejumlah taksonomi lain yang lebih tinggi akan terbina.
Tolok ukur lainnya ialah luas lingkup komponen yang terlibat dalam dialog (baca  :  proses interaksi) di saat berlangsungnya  PBM (lihat ujung runcing dalam gambar). Makin banyak komponen terlibat maka kadar CBSA makin tinggi serta anak akan makin banyak mendapatkan hasil belajar pengiring disamping makin luas kesempatan keberhasilan dan kemudahan belajarnya. Memang benar bahwa pada pelaksanaan CBSA dalam banyak hal diminta perubahan sikap dan kebiasaan mengajar para guru. Dari sifat sikap dan kegiatan guru yang dominan (berperan utama) harus dibalik siswa yang mendapatkan kesempatan berperan utama. Atau mungkin secara bareng berperan aktif. Dan CBSA jangan dibayangkan bahwa suasana kelas/siswa harus selalu ramai. Sebab aktivitas belajar tidak perlu dan tidak selamanya dalam bentuk gerak pisik, dia dapat berwujud dalam bentuk pisik anak tidak bergerak tetapi terjdi gerak/dialog mental.
Uraian di atas perlu saya sampaikan karena banyak orang beranggapan bahwa kalau CBSA kelas harus gaduh dan sibuk. Ingatlah apa yang diutarakan Piaget tentang belajar. Bahwa dalam banyak hal belajar bersifat “tamasya mental (mental round trip)”.
4.   Dasar pendekatan PBM yang keempat ialah keharusan guru menerapkan asas Multi Metode-Multi Media dan Multi Evaluasi Sistem/Portofolio.
Rasional keharusan hal tersebut ialah karena  :
a.   Kesepakatan kita untuk bersifat siswa sentris di mana potensi kemampuan siswa beraneka ragam (ada pelajar lamban, ada yang cepat, ada yang mampu belajar melalui dengar atau baca dll …. dll). Melalui Multi Metode siswa akan dapat menentukan pilihan cara belajar yang sesuai dengan dirinya.
b.   Rasio kedua, bahwa dalam setiap jam pembelajaran umumnya target atau tujuan pembelajaran (KD,  HB, IHB) tidak tunggal satu domain/ranah/mantra dan tidak tunggal satu taksonomik dari suatu domain. Aneka domain dan taksonomik sering menjadi target hasil belajar. Dan hal ini sesuai dengan hakikat hasil belajar yang baik
Dalam teori tentang metodologi pembelajaran dinyatakan bahwa setiap metode memiliki karakter sendiri. Metoda kognitif ampuh untuk target kognitif dan lemah untuk afektif maupun Psikomotor. Dan ini mendorong sang guru memilih/menentukan dua tiga metoda. Konsekwensi keaneka ragaman target/Kompetensi dan HB dan metode maka penentuan pilihan media pembelajarannyapun harus berbeda. Maka lahirlah tuntutan Multi Media. Dan karena hasil belajar yang akan diukur beraneka ragam dan berlainan domain-taksonomiknya maka di saat dilakukan pengukuran/evaluasi keberhasilan harus menggunakan jenis  dan  bentuk evaluasi yang berbeda pula. Inilah yang dinamakan Multi Evaluasi Sistem. Menilai kemahiran berenang tidak sahih bila hanya dengan kuesioner saja, harus melalui penampilan.
Memang benar bahwa kesulitan utama dalam penentuan suatu/sejumlah metode dan media adalah kriteria dan teknik menentukan yang terbaik atau terampuh. Sebagai persyaratan pokok ialah keharusan guru mengenal dan memahiri sejumlah metoda/ media yang akan dipilih. Adalah tidak mungkin memilih yang terbaik dari sejumlah hal/barang apabila hal/barang tersebut tidak kita kenal jenis per jenisnya.
Dan setelah kita hayati betul metode/media pilihan tesebut maka untuk ketepatan atau keterpercayaan pilihan terbaik kita gunakan metoda/teknik yang kami namakan VCM (Value Contribution Method = Metode kontribusi Nilai). Melalui teknik ini maka untuk setiap methoda yang kita pasang sebagai alternatif pilihan akan mendapatkan skor. Skor mana menunjukkan tinggi rendah nilai kontribusi metoda/media yang bersangkutan terhadap pencapaian tujuan/kompetensi. Dari skor-skor ini akan terbaca mana yang tertinggi. Dua atau tiga metode yang skornya tertinggi kita pilih sebagai metode/media terbaik untuk kita gunakan. Secara sederhana dan umum VCM ini akan kami tampilkan dalam bagian berikut nanti. Bagi para guru senior yang sudah cukup makan garam dan benar-benar sudah akrab dengan aneka jenis metode/teknik/ media maka VCM ini tidak perlu dilakukan secara menjelimet  sebagaimana matrik kami tetapi cukup melalui telaahan dan penilaian asumtif yang berlandaskan pengalaman serta pemahaman terhadap metode/media tersebut serta Tujuannya. Teori VCM ini berguna bagi guru pemula dan untuk penelitian yang eksperimental.
5.   Dasar pendekatan kelima dalam PBM ialah penggunaan kerja/Belajar Kelompok khususnya  dengan  pendekatan  pembelajaran  kooperatif, yang seyogyanya sudah harus banyak dilakukan. Mengapa hal ini saya anjurkan ? Karena disamping terjadi proses saling belajar dan saling mengajar di antara siswa (sharing ideas) kerja kelompok ini merupakan proses sosialisasi yang paling ampuh. Membakukan anak bermasyarakat, bergotong royong serta melatih sejumlah keterampilan akademik dan keterampilan sosial para siswa tersebut.
Dari kelima dasar dan strategi pembelajaran diatas, kiranya kita dapat merefleksikan diri apakah kita terutama guru sudah menerapkan hal ini dalam PBM ? Sudah saatnya kita mereformasi gaya dan karakter mengajar kita, terutama dalam pembelajaran nilai/afektif. Hal ini tidak kalah pentingnya dengan pengembangan kognitif maupun psikomotor. Oleh karena itu hal ini tak boleh dibiarkan begitu saja ataupun dikesampingkan. Kiranya pengembangan pembelajaran berbasis karakter yang mengedepankan konsep nilai yang sementara digalakkan saat ini dapat diterima dan diimplementasikan dengan baik, dan tidak bernasip sama seperti program-program pengembangan pembelajaran yang runtuh dan musnah ketika proyeknya berakhir.
Jayalah Negeriku, Jayalah Bangsaku. Mari Bersatu Majukan Pendidikan Indonesia. _nAVeL_SoNIcZ13
#Diramu dari berbagai sumber#