Data Pribadi Saya

Nama Pemilik: Ig Fandy Jayanto

Alamat Rumah: Seputih Banyak, Kab. Lampung Tengah


Riwayat Pendidikan:

SD N 1 Sumber Baru
SMP N 1 Seputih Banyak
SMA Paramarta 1 {jurusan Ipa 1}
S1 di UM Metro {jurusan FKIP Matematika}

sedang menempuh pendidikan di Universitas Lampung (Unila)

Pekerjaan:
Guru di SMP Paramarta 1 Seputih Banyak
.........
.........
.........


Jumat, 09 Maret 2012

TENTANG PARADIGMA MANUSIA

TENTANG PARADIGMA BARU


Waktu masih kecil, kira-kira usia 7 sampai belasan tahun, aku sangat senang menonton televisi yang menyiarkan acara yang berhubungan dengan asal usul makhluk hidup. Aku juga senang melihat-lihat buku pelajaran biologi kepunyaan sepupuku tentang perubahan wujud dari satu makhluk ke wujud makhluk lain – waktu itu aku belum mengenal yang namanya teori evolusi. Pertama-tama diperlihatkan di sana bahwa semua makhluk hidup berasal dari satu makhluk hidup yang sangat primitif. Sedangkan makhluk kecil primitif itu sendiri berasal dari benda tak hidup yang katanya merupakan unsur-unsur penyusun kehidupan. Bahan-bahan penyusun tersebut terkumpul di suatu tempat, dengan kondisi tertentu yang mendukung, secara kebetulan campuran bahan-bahan penyusun tersebut berubah menjadi bakal kehidupan, yang kemudian menjadi makhluk hidup. Aku tidak menghiraukan dan tidak mengerti tentang teori yang dibicarakan, yang pasti aku suka dan senang dengan gambar-gambar dan animasi yang ditampilkan. Itu membuat aku sangat tertarik.

Digambarkan di sana, berawal dari benda-benda tak hidup perlahan berubah menjadi hewan kecil bersel satu yang hidup di dalam air. Pada kondisi tertentu, hewan-hewan kecil primitif itu berubah menjadi hewan yang lebih besar. Perlahan-lahan hewan tersebut mulai pindah dari dalam air menuju daratan, mulailah terbentuk hewan berkaki empat yang berjalan merangkak, kemudian berubah lagi menjadi makhluk berkaki dua yang berjalan membungkuk. Hewan kecil yang tadinya tidak bertulang berubah menjadi hewan bertulang termasuk manusia. Kemudian berubah pula menjadi hewan bersayap. Mulai dari binatang yang bentuknya mengerikan hingga yang berbentuk lucu, semuanya terdapat di sana.
Aku sangat tertarik dengan acara tersebut karena didukung oleh gambar dan animasi yang sangat menarik. Gambar-gambar dan animasi itu memunculkan imajinasi dalam pikiranku untuk membayangkan suasana kehidupan pada masa primitif itu. Aku membayangkan bahwa dulunya manusia adalah monyet. Bahkan manusia berasal dari makhluk bersel satu yang terbentuk secara kebetulan seperti yang digambarkan itu.
Selama bertahun-tahun gambar dan animasi tentang asal usul makhluk hidup seperti itu telah meracuni pikiranku. Aku percaya bahwa manusia dulunya memang monyet. Aku percaya bahwa makhluk hidup berasal dari benda tak hidup yang secara kebetulan menjadi makhluk hidup dengan dukungan kondisi tertentu. Aku percaya tentang perubahan perlahan-lahan dari makhluk bersel satu menjadi makhluk yang sangat kompleks secara kebetulan. Seolah-olah tontonan pada masa kacilku dulu telah mendoktrin pikiranku dan mungkin pada akhirnya akan membuat aku menjadi seorang Evolusionist, sebutan untuk para pendukung teori Evolusi. Diperparah lagi dengan kenyataan bahwa kurikulum di sekolah juga mengajarkan teori perubahan perlahan ini – yang baru saat itu aku tahu nama teorinya yaitu teori Evolusi yang digagas oleh Charles Darwin -- kepada siswa. Keadaan ini berlangsung sampai aku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, sehingga paradigma itu telah mempengaruhi cara berpikirku.
Ketika SMA, aku mulai membaca teori pembanding sekaligus penentang Evolusi, yaitu teori Penciptaan yang digagas oleh ilmuwan muslim yang lebih dikenal dengan nama Harun Yahya. Setelah membaca teori tersebut, aku merasa teori ini lebih masuk akal. Sejak saat itu keyakinanku terhadap teori Evolusi mulai memudar dan meyakini teori Penciptaan yang sangat luar biasa. Sejak saat itu aku mulai meninggalkan kegemaranku akan dunia khayalan yang ditanamkan dalam pikiranku sejak kecil, yaitu khayalan tentang perubahan wujud secara perlahan dari makhluk sederhana menjadi makhluk yang sangat kompleks, dari ikan menjadi reptil, dari reptil menjadi mamalia, dari reptil menjadi burung, bahkan dari monyet menjadi manusia.
Sekarang aku percaya, tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semuanya telah diatur dan direncanakan oleh Sang Pencipta. Semua makhluk telah diciptakan dengan bentuk masing-masing yang luar biasa menakjubkan. Semenjak pertama kali diciptakan cacing tetaplah cacing, tidak berubah menjadi ular. Ikan tetaplah ikan, tidak berubah menjadi buaya. Monyet tetaplah monyet, tidak pernah menjadi manusia. Semuanya diciptakan dengan perencanaan, tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang kebetulan. Semuanya diciptakan secara unik, dilengkapi dengan anggota badan yang sesuai dengan kebutuhan, sirip ikan digunakan untuk berenang dan tidak akan pernah berubah menjadi tangan yang digunakan untuk memegang atau menjadi sayap yang digunakan untuk terbang. Insang ikan yang digunakan untuk bernapas di dalam air tidak akan pernah berubah menjadi paru-paru yang digunakan untuk bernapas di darat. Sisik yang licin pada ikan digunakan untuk memudahkan bergerak di dalam air tidak akan pernah berubah menjadi rambut atau bulu yang digunakan hewan darat melindungi tubuhnya. Burung elang yang memakan daging semenjak diciptakan memang dikhususkan untuk memakan daging, bukan berasal dari perubahan burung gelatik yang makanannya adalah biji-bijian. Sapi yang memakan rumput bukanlah hasil perubahan dari buaya yang memakan daging.
Makhluk hidup mempunyai kemampuan beradaptasi, manusia dengan akal yang diberikan oleh Allah SWT Sang Kreator mempunyai kemampuan adaptasi yang sangat tinggi melebihi makhluk hidup  yang lain. Semua makhluk hidup melakukan adaptasi, tetapi dengan beradaptasi tidak dapat mengubah ikan menjadi buaya, tidak pula mengubah monyet menjadi manusia. Adaptasi hanya melahirkan variasi pada suatu spesies, bukan mengubah makhluk dari satu spesies menjadi spesies yang lain. Tanaman kelapa yang tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi tetaplah dinamakan tanaman kelapa walaupun terdapat perbedaan (variasi), misalnya ukuran batang dan buah, lamanya masa panen, dan kualitas buah yang dihasilkan. Tanaman kelapa yang tumbuh di daerah perbukitan menghasilkan kualitas buah yang lebih rendah daripada tanaman kelapa yang ditanam di daerah pantai, masa panennya lebih lama, batangnya lebih kerdil, itu disebabkan tanaman kelapa tersebut telah beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Apakah dengan adanya perbedaan seperti itu kita lantas mengatakan tanaman kelapa yang tumbuh di bukit bukan lagi tanaman kelapa?
Manusia yang tinggal di dataran tinggi memiliki kadar Haemoglobin darah yang lebih tinggi daripada manusia yang tinggal di dataran rendah. Hal ini sesuai dengan keadaan lingkungan, kadar oksigen di dataran tinggi lebih rendah daripada di dataran rendah mengharuskan manusia beradaptasi secara fisiologis dengan menambah kadar Haemoglobin dalam darah supaya dapat mengikat lebih banyak oksigen. Apabila seseorang yang tadinya tinggal di pesisir lalu pindah ke pegunungan dan telah beradaptasi, apakah kita tidak lagi menyebutnya manusia? Sekali lagi saya mengatakan, adaptasi tidak mengubah spesies ke spesies lain, tetapi menghasilkan variasi dalam spesies itu.
Kesimpulan dari tulisan singkat ini adalah bahwa saya telah meninggalkan paradigma yang telah bertahun-tahun mempengaruhi saya sejak kecil untuk mempercayai teori Evolusi. Sekarang saya telah menemukan (bukan menggagas) teori yang lebih masuk akal, teori Penciptaan. Teori Penciptaan yang Sempurna telah menempatkan manusia  pada derajat yang paling tinggi dan bentuk yang paling bagus di antara makhluk lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang Di Blogger Ignasius Fandy Jayanto