1.
Pengertian
Media Pengajaran
Kata media berasal dari
bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harafiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Sadiman dkk, “Media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat meransang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Gagne,
“Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar.
Jadi dapat disimpulkan, media adalah
segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari seseorang ke orang
lain sehingga dapat memotivasinya untuk belajar.
Menurut Suherman “Pada dasarnya
media terkelompokkan kedalam dua bagian, yaitu media sebagai pembawa informasi
(ilmu pengetahuan), dan media sekaligus merupakan alat untuk menanamkan konsep
seperti alat-alat peraga pendidikan matematika”.[1]
Jadi alat peraga itu merupakan bagian dari media. Alat peraga hanya dapat
digunakan untuk menanamkan suatu konsep, sedangkan media digunakan untuk
menyampaikan informasi kepada orang lain atau siswa.
2.
Manfaat
Media Pengajaran
Adapun manfaat media pengajaran dalam proses
pembelajaran siswa adalah :
a. Pengajaran
akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menmbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan
pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh para siswa,
dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik
c. Metode
pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabian tenaga, apalagi guru mengajar untuk setiap jam pelajaran
d. Siswa lebih
banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru
tetapi juga aktivitas lain seperti mengamai, melakukan, mendemonstrasikan dll.
3. Kriteria-Kriteria
Dalam Pemilihan Media
Adapun
kriteria-kriteria untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya memperhatikan
kriteria-kriteria sebagai berikut :
a) Ketepatanya
dengan tujuan pengajaran
b) Dukungan
terhadap isi bahan pelajaran
c) Kemudahan dalam
memperoleh media
d) Keterampilan
guru dalam menggunakannya
e) Tersedia waktu
untuk menggunakannya
f) Sesuai dengan
taraf berfikir siswa
4. Alat Peraga
Pembelajaran Matematika
Pada dasarnya
anak belajar melalui benda/objek kongkrit. Untuk memahami konsep abstrak siswa
memerlukan benda-benda kongkrit (riil) sebagai perantara. Konsep abstrak itu
dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda pula. Belajar ananak akan
meningkat bila ada motifasi. Karena itu dalam pengajaran diperlikan
faktor-faktor yang daat memotifasi siswa untuk belajar. Konsep abstrak yang
baru dipahami siswa itu akan mengendap, melekat, dan tahan lama bila siswa
belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti siswa, bukan hanya melalui
mengingat-ingat fakta.
Karena itu,
dalam pembelajaran matematika guru sering menggunakan alat peraga. Menurut
Suherman, dengan menggunakan alat peraga maka:[2]
a. Proses belajar
mengajar termotifasi.
b. Konsep abstrak
matematika disajikan dalam bentuk kongkrit.
c. Hubungan antara
konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih
dipahami.
d. Konsep-konsep
abstrak yang disajikan dalam bentuk kongkrit yaitu dalam bentuk model
matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian ataupun sebagai alat
untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.
Alat peraga
dapat berupa benda riil, gambar atau diagramnya. Keuntungan alat peraga benda
riil adalah benda itu dapat dipindah-pindahkan(dimanipulasi), sedangkan
kelemahannya tidak dapat disajikan dalam bentuk buku (tulisan). Oleh karena itu
untuk tulisannya kita buat gambarnya atau diagramnya, tetapi kelemahannya ialah
tidak dapat dimanipulasikan.
Menurut
Suherman, dalam membuat alat peraga yang harus diperhatikan adalah hal sebagai
berikut:
a. Tahan lama
(dibuat dari bahan yang cukup kuat).
b. Bentuk dan
warnanya menarik.
c. Sederhana dan
mudah dilola.
d. Ukurannya
sesuai dengan ukuran fisik anak.
e. Dapat
menyajikan konsep matematika.
f. Sesuai dengan
konsep.
g. Dapat
menunjukkan konsep matematika yang jelas.
h. Peragaan itu
merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak.
i. Kita mengharapkan siswa belajar aktif, alat peraga itu supaya dapat
dimanipulasi.
Terdapat
kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat peraga untuk pembelajaran
masa kini terutama jika melihat karakteristik KBK, yaitu mencakup:
- Kesesuaian alat pengajaran yang dipilih dengan materi pengajaran atau jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa;
- Kemudahan dalam memperoleh alatnya dan kemudian dalam perancangannya;
- Kemudahan dalam penggunaannya;
- Terjamin keamanan dalam penggunaannya;
- Kemampuan dana;
- Kemudahan dalam penyimpanan, pemeliharaan dan sebagainya.
7. Alat peraga
ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia
itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang
digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini
dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek
sehingga mempermudah persepsi.
Menurut
Abubakar Muhammad (1981), macam-macam alat peraga yaitu:
a. Alat perga yang
bersifat perasaan; yaitu alat peraga yang berpengaruh dalam menguatkan pikiran
dengan perantaran indra-indra, dengan jalan menunjukkan bendanya sendiri atau contohnya
atau gambarnya dan semacamnya.
b. Alat peraga
yang bersifat bahasa, yaitu alat peraga yang mempengaruhi kekuatan pikiran
dengan perantaraan lafal-lafal (kata-kata) seperti penjelasan dengan
menyebutkan contoh atau difinisinya atau (persamaan katanya).[4]
Sedangkan
menurut Suherman, macam-macam alat perga pembelajaran matematika adalah:
a. Alat peraga
kekekalan luas, seperti luas daerah perssegi panjang, luas daerah bujur
sangkar, luas daerah jajaran genjang dan lain sebagainya.
b. Alat peraga
kekekalan panjang, seperti tangga garis bilangan, pita garis bilangan, neraca
bilangan dan lain sebagainya.
c. Alat peraga
kekekalan volume, seperti blok dienes, volume kubus, volume tabung dan lain
sebagainya.
d. Alat peraga
kekekalan banyak, seperti abakus biji, lidi, dan kartu nilai empat.
e. Alat peraga
untuk percobaan dalam teori kemungkinan, seperti uang logam, dadu dan lain sebagainya.
f. Alat peraga
untuk pengukuran dalam matematika, seperti meteran, busur derajat, roda meteran
dan lain sebagainya.
g. Bangun-bangun
geometri, seperti macam-macam derah segitiga, macam-macam daerah segi empat,
pengubahan daerah segi banyak, daerah segi banyak dan lain sebagainya.
h. Alat peraga
untuk permainan dalam matematika, seperti mesin fungsi, saringan Eratosthenes,
bujur sangkat ajaib dan lain sebagainya.[5]
5. Perbedaan Alat
Peraga Dan Media Pembelajaran
Perbedaan media
dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu
sumber belajar disebut alat peraga bila hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran
saja; dan sumber belajar disebut media bila merupakan bagian integral dari
seluruh proses atau kegiatan pembelajaran dan ada semacam pembagian
tanggungjawab antara guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi lain.
Pembahasan pada pelatihan ini istilah media dan alat peraga digunakan untuk
menyebut sumber atau hal atau benda yang sama dan tidak dibedakan secara
substansial.
Rahardjo (1991)
menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu sebagai alat bantu
pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk:
Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu
memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan
disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya
dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan
belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana
visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran,
sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita
hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50%
dari apa yang dilihat dan didengar.[6]
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Dari hasil
observasi pertama yang dilakukan mengenai media yang dibuat oleh guru yaitu
gambar grafik persamaan garis lurus bahwa media yang digunakan oleh guru
tersebut dapat menarik perhatian siswa, siswa memperhatikan apa yang
diterangkan oleh guru tanpa ada kegiatan yang lain seperti mengganggu teman
atau meribut, dan suasana kelas tenang sehingga dapat menumbuhkan motifasi
siswa untuk belajar. Dengan adanya media maka bahan pelajaran akan lebih jelas
maknanya tetapi masih ada sebahagian siswa yang kurang memahami materi yang
disampaikan oleh guru sehingga tujuan pengajaran krang tercapai sebagaimana yng
diharapkan. Karena pada waktu guru memberikan soal latihan hanya beberapa orang
yang dapat mengerjakannya. Sehingga metode yang digunakan oleh guru kurang
bervariasi, sebab tanpa dijelaskan materi oleh guru siswa tidak dapat memahami
materi tersebut.
Tetapi dengan
adanya media yang talah disiapkan sebelumnya oleh guru dapat menghemat waktu,
katena pada waktu menjelaskan materi guru tidak perlu lagi mencatatkan konsep
tersebut di depan kelas. Dan siswa dapat juga melakukan kegiatan yang lain
seperti mengamati grafik yang dibuat oleh guru.
Media yang
dibuat oleh guru tersebut sudah sesuai dengan tujuan pengajaran dan memberikan
dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Media tersebut mudah diperoleh dan guru
terampil menggunakannya. Dalam proses pembelajaran tersedia waktu untuk
menggunakannya dan sesuai dengan taraf berfikir siswa.
Kemudian
mengenai alat peraga yang digunakan oleh guru tersebut pada pertemuan kedua
yaitu rol yang disandarkan kedinding diberikan pada waktu menjelaskan radien.
Bahwa alat peraga tersebut hanya dapat digunakan pada waktu itu saja, bantuk
dan warnanya menarik, alatnya sederhana dan mudah dilola serta sesuai dengan
ukuran fisik anak. Alat tersebut dapat menyajikan konsep matematika tentang
gradien dan sesuai dengan konsep bahwa gradien itu adalah suatu kemiringan pada
garis lurus serta dapat menunjukkan konsep matematika yang jelas. Dengan adanya
alat peraga tersebut dapat menumbuhkan konsep yang abstrak. Alat tersebut dapat
dimanipulasi tetapi tidak dapat berfaedah lipat.
Pada pertemuan
ketiga alat peraga yang digunakan oleh guru adalah alam sekitar siswa yaitu
lokal yang berbentuk balok. Alat tersebut tahan lama bentuk dan warnanya agak
menarik, sederhana, mudah dilola, ukuranya sesuai dengan fisik anak, dapat
menyajikan konsep matematika, dan sesuai dengan konsep serta menunjukan konsep
yang jelas. Peragaan itu merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak tetapi
alat tersebut tidak dapat dimanipulasi tetapi berpaedah lipat.
Dengan adanya
alat peraga maka proses belajar mengajar termotifasi. Siswa memperhatikan guru
menjelaskan pelajaran tanpa ada kegiatan lain. Konsep abstrak matematika
disajikan dalam bentuk kongkrit. Dan dengan adanya alat peraga maka dapat
menghubungankan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam
sekitar akan lebih dipahami.
NO
|
Kriteria-Kriteria Dalam Membuat alat Peraga
|
YA
|
TIDAK
|
KURANG
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Tahan lama
(dibuat dari bahan yang cukup kuat).
Bentuk dan
warnanya menarik.
Sederhana dan
mudah dilola.
Ukurannya
sesuai dengan ukuran fisik anak.
Dapat
menyajikan konsep matematika.
Sesuai dengan
konsep.
Dapat
menunjukkan konsep matematika yang jelas.
Peragaan itu
merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak.
Kita
mengharapkan siswa belajar aktif, alat peraga itu supaya dapat dimanipulasi.
Bila mungkin
dapat berpaedah lipat (banyak).
|
ANGKET
Observassi
: …………………………………….
Tanggal
: November 2010
NO
|
Kriteria-Kriteria Dalam Pemilihan Media
|
YA
|
TIDAK
|
KURANG
|
1
2
3
4
5
6
|
Ketepatanya
dengan tujuan pengajaran
Dukungan
terhadap isi bahan pelajaran
Kemudahan
dalam memperoleh media
Keterampilan
guru dalam menggunakannya
Tersedia waktu
untuk menggunakannya
Sesuai dengan
taraf berfikir siswa
|
ANGKET
Observassi
: …………………………………….
Tanggal
: November 2010
NO
|
Manfaat
Media
|
YA
|
TIDAK
|
KURANG
|
1
2
3
4
|
Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menmbuhkan motivasi belajar.
Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga
dapat dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik
Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak
semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabian tenaga, apalagi guru mengajar untuk
setiap jam pelajaran
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab
tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamai, melakukan, mendemonstrasikan dll.
|
ANGKET
Observassi
: …………………………………….
Tanggal
: November 2010
1. Kesimpulan
Dari observasi
yang dilakukan bahwa media yang digunakan oleh guru itu berupa gambar grafik
yang dibuat diatas kertas karton. Walaupun guru sudah memilih media dengan baik
tetapi manfaat dari media tersebut belum dapat dirasakan sebagai mana mestinya.
Alat peraga yang digunakan guru tersebut cukup baik dan manfaat dari alat
peraga tersebut dapat tercapat sebagai mana yang diharapkan.
2. Kritik dan Saran
Penulis
menyarankan dalam membuat media atau pun alat peraga hendaknya manfaat media
dan alat peraga tersebut dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis terlihat bahwa guru selalu berusaha agar
siswanya memahami materi yang disampaikannnya. Jika metode yang pertama tidak
berhasil maka guru menggunakan metode yang lain agar siswa mengerti dengan
materi tersebut. Dalam menyelesaikan contoh soal, guru kurang teliti dengan apa
yang ditulisnya tetapi ini tidak sering terjadi.
A. Latar Belakang
Perubahan global dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi, terutama yang
berhubungan dengan sistem pendidikan di sekolah menuntut adanya perubahan sikap
guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Sejak zaman dahulu ada anggapan
yang salah kaprah, yaitu bahwa guru adalah orang yang paling tahu. Pendapat itu
terus berkembang menjadi guru lebih dulu tahu atau pengetahuan guru hanya beda
semalam dibandingkan dengan murid. Namun sekarang bukan saja pengetahuan guru
sama dengan. murid, bahkan murid dapat lebih dulu tahu daripada gurunya. Ini
semua dapat terjadi akibat perkembangan media informasi yang begitu cepat di
sekitar lingkungan kita. Pada saat ini guru bukan lagi satu-satunya sumber
belajar. Banyak contoh, murid dapat lebih dulu mendapat informasi dengan cara
mengakses informasi dari media massa seperti : surat kabar, televisi, hand
phone (sms/mms), bahkan internet. Sedangkan seringkali guru dengan alas an
klasik “masalah ekonomi”, mereka tidak dapat mengakses informasi dengan cepat.
Bagaimana guru menyikapi perkembangan ini? Setidaknya ada tiga kelompok guru
dalam menyikapi hal ini, seperti tidak peduli, menunggu petunjuk, atau cepat
menyesuaikan diri. Kelompok pertama yaitu guru yang tidak peduli. Seorang guru
yang mempunyai rasa percaya diri berlebihan (over confidence) barangkali akan
berpegang kepada anggapan bahwa sampai kapanpun posisi guru tidak akan
ergantikan. Dalam setiap proses pembelajaran tetap diperlukan sentuhan
manusiawi dari seorang guru. Guru dalam kelompok ini menggambarkan murid
sebagai seseorang yang bersifat tergantung. Pengalaman yang dimiliki murid
tidak besar nilainya. Pengalaman yang sangat besar manfaatnya adalah pengalaman
yang diperoleh dari gurunya. Murid tetap memerlukan sentuhan psikologis dari
seorang guru. Guru dalam mengajar tidak hanya mengutamakan mata pelajaran akan
tetapi harus juga memperhatikan murid itu sendiri sebagai manusia yang harus
dikembangkan pribadinya. Harus dipelihara keseimbangan antara perkembangan
intelektual dan perkembangan psikologis.
Teknologi tidak dapat menggantikan manusia. Teknologi secanggih computer core 2
duo, DVD, internet atau apapun, tidak dapat menggantikan manusia. Bagaimanapun
teknologi berkembang secara pesat, guru tetap Sebagai yang “harus digugu dan
ditiru”. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa media tidak dapat menggantikan
posisi guru, namun sikap tidak peduli terhadap perkembangan pengetahuan dan
teknologi, bukanlah sikap yang tepat. Walaupun bagaimana, lingkungan kita terus
berkembang, tuntutan masyarakat terhadap kualitas guru semakin meningkat. Guru
harus peduli.
Kelompok kedua adalah yang menunggu petunjuk. Kelompok inilah yangpaling banyak
ditemukan di sekolah. Mungkin ini akibat dari kebijakan system pendidikan
selama ini. Guru dalam sistem pendidikan nasional dianggap sebagai “tukang”
melaksanakan kurikulum yang demikian rinci dan kaku. Kurikulum sangat lengkap
dengan berbagai petunjuk teknis pelaksanaannya, sehingga guru tinggal
melaksanakan tanpa boleh menyimpang dari pedoman baku yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaannya, kurikulum dilengkapi dengan Garis-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP), yang kemudian oleh Tim Guru Mata Pelajaran atau MGMP
dijabarkan dalam Program Tahunan, Program Semester, AMP, Satuan Pelajaran,
Rencana Pelajaran atau Skenario Pelajaran, dan sebagainya, yang semuanya dibuat
secara rinci, tanpa peduli kondisi sekolah yang berbeda-beda.
Kelompok ketiga guru yang cepat menyesuaikan diri. Sejalan dengan perubahan
kurikulum, otonomi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah atau berbasis
kompetensi, bukan lagi saatnya bagi guru untuk selalu menunggu petunjuk. Guru
adalah tenaga profesional, bukan amatir. Dengan berdasar pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran setiap guru dituntut untuk dapat
mengembangkan bahan ajar bagi murid dalam suatu proses pelaksanaan pembelajaran
yang berkesinambungan. Guru dituntut untuk mengembangkan kemampuan dan
kompetensi murid, bukan sekedar pengetahuan tetapi murid-murid hendaknya mampu
berpikir (kognitif), mampu menentukan sikap (affektif) dan mampu bertindak
(psikomotor), sehingga nantinya menjadi manusia yang bermartabat. Oleh karena
itu saran yang tepat untuk guru adalah cepat-cepatlah menyesuaikan diri. Guru
perlu segera mereposisi perannya saat ini, guru tidak lagi menjadi orang yang
paling tahu di kelas, namun guru harus mampu menjadi fasilitator dalam belajar.
Ada banyak sumber belajar yang tersedia di lingkungan kita, apakah sumber
belajar yang dirancang untuk belajar ataukah yang tidak dirancang namun dapat
dimanfaatkan untuk belajar. Guru yang baik akan merasa senang kalau muridnya
lebih pandai dari dirinya.
Oleh karena itu perlu adanya media pembelajaran yang pas sesuai dengan mata
pelajaran yang di pegang oleh setiap guru mata pelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau
pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan
tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2)
“media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran
informasi”. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah
“media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai Tujuan pembelajaran”.
Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu : “media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video
dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan
bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di
atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta
didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta
didik.
B. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz,
seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki empat
fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi
kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari
media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar
(membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian
diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang
visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan
mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual
tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks
kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat
kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi
untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi
pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal).
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar
memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap pemahaman isi
pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan penggunaan media akan
lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik pada siswa. Pebelajar yang
belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat pemahaman dan lamanya
“ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar yang belajar lewat melihat
atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media pembelajaran juga mampu
membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira,
di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh
terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih hidup,
yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar terhadap materi
ajar.
C. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat dari penggunaan media sebagai bagian dari pengajaran di kelas adalah
sebagai berikut:
1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau
mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.
2. Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik
perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan
prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan
balik, dan penguatan.
4. Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat untuk mengantarkan
pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya
dapat diserap oleh siswa.
5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan
6. Pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan.
7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses
belajar dapat ditingkatkan.
8. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif, dalam proses belajar
mengajar.
Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992)
mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i)
dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik
perhatian mereka; (ii) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga
dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian
tujuan pengajaran; (iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak
semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa
lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya
mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan
memerankan.
D. Urgensi Media Pembelajaran
Perkembangan teknologi yang kontinu dalam dunia kerja tidak hanya mengharuskan
lulusan perguruan tinggi (PT) memiliki pengetahuan yang luas akan tetapi juga
memiliki keterampilan profesional yang siap digunakan di lapangan pekerjaan.
Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa PT secara terus-menerus perlu melakukan
peningkatan kualitas lulusan agar memiliki kompetensi seperti yang diinginkan.
UNESCO dalam konteks ini mengemukakan kompetensi yang perlu dimiliki oleh
lulusan PT yaitu: (1) Pengetahuan yang memadai (to know), (2) Keterampilan
dalam melaksanakan tugas secara profesional (to do), (3) Kemampuan untuk tampil
dalam kesejawatan bidang ilmu/profesi (to be), dan (4) Kemampuan memanfaatkan
bidang ilmu untuk kepentingan bersama secara etis (to live together).
Untuk pencapaian tujuan tersebut ditempuh melalui proses belajar yang efektif.
Pembelajaran merupakan sebuah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari
interaksi dengan lingungan sehingga terjadinya pengalaman belajar dan hasil
belajar menjadi lebih bermakna (meaningful lerning). Keberhasilan pembelajaran
ditandai dengan perolehan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif pada diri
individu, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Keberhasilan belajar ini sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya penggunaan media yang berfungsi
sebagai perantara pesan-pesan pembelajaran.
Media berfungsi untuk mengarahkan siswa untuk memperoleh berbagai pengalaman
belajar. Pengalaman belajar (learning experience) tergantung interaksi siswa
dengan media. Media yang tepat sesuai dengan tujuan akan mampu meningkatkan
pengalaman belajar yang mampu mempertinggi hasil belajar. Alasan ini sejalan
dengan pendapat Edgare Dale dengan teori ”Cone Experience” yang menjadi dasar
pokok penggunaan media dalam pembelajaran. Pengertian,
Tujuan, Manfaat, Dan Fungsi Media Pembelajaran
Pendahuluan
Pembelajaran disekolah pada saat
ini mulai disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi, sehingga
terjadi perubahan dan pergeseran
paradigma pendidikan. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi khususnya
internet, mempercepat aliran ilmu pengetahuan yang menembus batas-batas dimensi
ruang, birokrasi, kemapanan, dan waktu. Program-program di internet bukan hanya
menampilkan data dan informasi yang dapat ditransmisikan dengan kecepatan
tinggi, tetapi juga ilmu pengetahuan yang dapat diakses secara cepat oleh
penggunanya. Dan tentu saja kondisi ini berpengaruh pada kebiasaan dan budaya
pendidikan yang dikelola selama ini.
Kemajuan dan perkembangan
teknologi sudah demikian menonjol, sehingga penggunaan alat-alat bantu mengajar
seperti alat-alat audio,visual serta perlengkapan sekolah disesuaikan dengan
perkembangan jaman tersebut. Dan juga harus disesuaikan dnegan tuntutan kurikulum
sesuai dengan materi, metode, dan tingkat kemampuan belajar siswa agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran dengan baik disekolah.
Untuk itu, para pengajar mulai
berusaha membiasakan diri untuk menggunakan peralatan-peralatan seperti OHP,
LCD, CD, VCD, video, computer dan internet dalam pembelajaran dikelas. dengan
program pembelajarna yang dikembangkan ini patut dipelajari pengajar harus
mempelajarinya agar mempermudah proses pembelajaran dan pendidkikan, sehingga
memudahkan pembelajaran untuk berjalan dengan baik dikelas.
Pengertian Media Pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang
mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Media pembelajaran
adalahsebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar,
pengajar, dan bahan ajar. Banyak batasan atau pengertian yan dikemukakan para
ahli tentang media, diantaranya adalah: Asosiasi Teknologi dan Komunikasi
Pendidikan (Asosociation of Education and
Communication Technology (AECT).
Dari pengertian diatas, secara
umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media pembelajaran adalah bentuk
saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran
kepada penerima pesan atau pembelajar dapat pula dikatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan dalam lingkungan pembelajar yang dapat
merangsang pembelajar untuk belajar
Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
1. Tujuan Media Pembelajaran
Tujuan media
pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah sebagai berikut :
a. mempermudah
proses pembelajaran di kelas
b. meningkatkan
efisiensi proses pembelajaran
c. menjaga
relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar
d. membantu
konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran
2. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media
pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut :
a. pengajaran
lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
b. bahan pengajaran
akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih di pahami pembelajar, serta
memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik
c. metode
pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak
kehabisan tenaga.
d. pembelajar
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
penjelasa dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lainya.
1. Manfaat Media
pembelajaran bagi pengajar, yaitu:
a. memberikan pedoman, arah
untuk mencapai tujuan
b. menjelaskan struktur dan
urutan pengajarn dengan baik
c. memberikan kerangka
sistematis secara baik.
d. memudahkan kembali pengajar
terhadap materi pembelajaran
e. membantu kecermatan,
ketelitian dalam penyajian dalam pembelajaran.
f. membangkitkan rasa percaya
diri seorang pengajar.
g. meningkatkan kualitas
pembelajaran
2. Manfaat
media pembelajaran bagi pembelajar,
yaitu:
a. meningkatkan motivasi belajar
pembelajar
b. memberikan dan meningkatkan
variasi belajar pembelajar
c. memberikan struktur materi
pelajaran
d. memberikan inti informasi
pelajaran
e. merangsang pembelajar untuk
berpikir dan beranalisis.
f. menciptakan kondisi dan
situasi belajar tanpa tekanan.
g. pelajar dapat memahami materi
pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar .
Pertimbangan Pemilihan Media
Pertimbangan media yang akan
digunakan dalam pembelajaran menjadi pertimbangan utama, karena media yang
dipilih harus sesuai dengan:
1. tujuan pengajaran
2. bahan pelajaran
3. metode mengajar
4. alat yang dibutuhkan
5. pribadi mengajar
6. minat dan kemampuan mengajar
7. situasi pengajaran yang
sedang berlangsung
Keterkaiatan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi,
metode, dan kondisi pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan
pengajar untuk memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran dikelas,
sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sebab media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi
terkait dan memiliki hubungan secara timbalebalik dengan empat aspek tersebut. Dengan demikian, alat-alat,
sarana, atau media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan empat
aspek tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Fungsi Media Pembelajaran
Media
Pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan:
1.menghadirkan obyek sebenarnya
dan obyek yang langkah
2.membuat duplikasi dari obyek
yang sebenarnya
3.membuat konsep abstrak ke
konsep konkret
4.memberi kesamaan persepsi
5.mengatasi hambatran waktu,
tempat, jumlah, dan jarak
6.menyajikan ulang informasi
secara konsisten
7.memberi suasana yang belajar
yang tidak tertekan, santai, dan menarik.
Selain fungsi
diatas. Livie dan Lentz(1982) mengemukakan 4 fungsi media pembelajaran yaitu:
1. fungsi atensi berarti media
visual merupakan inti, menarik dan mengrahkan perhatian pembelajar akan berkosentrasi
pada isis pelajaran
2. fungsi afekti maksudnya media
visual dapat dilihat dari tingkat kenikmaran pembelajar ketika belajar membaca
teks bergambar.
3. fungsi kognitif yaitu
mengungkapkan bahwa lambang visual mempelancar pencapaian tujuan dalam memahami
dan mendengar informasi
4.fungsi kompensatoris yaitu
media visual memberikan konteks untuk memahami teks dan membantu pembelajr yang
lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatnya kembali.
dari empat
fungsi visual, dapat dikatakan bahwa belajar dari pesan visual memerlukan
keterampilan tersendiri. tehnik afektif adalah tehnik untuk memahami tehnik
pesan visual. yang terbagi dari beberapa fase seperti dibawah ini:
1. fase diffrensiasi. yaitu
dimana pembelajar mula-mula mengamati, mengidentifikasi dan menganalisis
2. fase integrasi yaitu di mana
mempelajar menempatkan unsure-unsur visual secara serempak, menghubungkan
pesan-pesan visual kepada pengalaman pengalamannya.
3. kesimpulan, yaitu dari
pengalaman visualisai untuk kemudian menciptakan konseptualisasi baru dari apa
yang mereka pelajari sebelumnya.
Hasil penelitian
Edmund Faison, dkk dalam Nana Sudjana dan Ahmad Rivai tentng pennggunaan gambar
visual dalam pembelajaran disimpulkan:
1. terdapat
beberapa hasil penelitian bahwa untuk memperoleh hasil belajar bagi pembelajar
secara maksimal yaitu:
1.gambar-gambar yang digunakan
harus jelas
2.gambar harus familiar dgn
pembelajar
3.gambar yang digunakan
ukurannya cukup besar
2. terdapat
bukti, gambar-gambar berwarna lebih menarik minat pembelajar.
3. hasil
penelitian Mabel Rudisill. gambar-ganbar yang disukai anak-anak adalah
gambar-gambar berwarna yang menumbuhkan impresi atau kesan realistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat Datang Di Blogger Ignasius Fandy Jayanto