Data Pribadi Saya

Nama Pemilik: Ig Fandy Jayanto

Alamat Rumah: Seputih Banyak, Kab. Lampung Tengah


Riwayat Pendidikan:

SD N 1 Sumber Baru
SMP N 1 Seputih Banyak
SMA Paramarta 1 {jurusan Ipa 1}
S1 di UM Metro {jurusan FKIP Matematika}

sedang menempuh pendidikan di Universitas Lampung (Unila)

Pekerjaan:
Guru di SMP Paramarta 1 Seputih Banyak
.........
.........
.........


Minggu, 02 Juni 2013

strategi pembelajaran berbasis masalah (PBM)



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Ungkapan puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami diberikan kekuatan untuk dapat menyelesaikan Makalah ini, yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas kelompok Mata kuliah Strategi Pembelajaran Tahun Akademik 2013 / 2014.
Ucapan terimakasih, penyusun ucapkan kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam penyelesaian Makalah ini, tujuan penugasan dan harapan-harapan yang berkaitan dengan tugas yang dibuat. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Prof. Dr. H Karwono M.Pd. Selaku dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini,
2.      Orang Tua yang telah memberikan Doa dan dukungan,
3.      Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat baik untuk penulis maupun pembaca pada umumnya. Tak ada Gading yang Tak Retak, begitu juga dengan Makalah ini. Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih belum sempurna, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Metro, April 2013

Penyusun :




1.       

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2  Tujuan Makalah................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
             2.1 Landasan Teoretik Model PBM................................................. .... 3              
 2.2 Pengertian Strategi PBM............................................................... .... 4
        2.3 Karakteristik PBM.........................................................................      6
        2.4 Tujuan PBM...................................................................................      7
2.5 Prinsip-prinsip dalam Penerapan PBM................................................ 7
2.6 Hakekat Masalah Dalam PBM............................................................ 8
2.7 Tahap PBM.......................................................................................... 9
2.8 Metode yang digunakan dalam PBM.................................................. 11
2.9 Penerapan ModelPBM.................................................................... .... 12
2.10 Keunggulan dan Kelemahan PBM.................................................... 13
BAB III  KESIMPULAN
3.1  Kesimpulan.....................................................................................      15
    
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Arends  (Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu dan meningkatkan keterampilan berpikirkritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting.

Pendekatan  pembelajaran Berbasis Masalah ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar (Nurhayati Abbas, 2000:12). Guru dalam strategi pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah dan pemberi fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan dandorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inquiri dan intelektual siswa.Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan. Pembelajaran berdasarkan masalah juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan aktivitas belajar siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Di sini guru berperan sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa, dan penentun arah belajar siswa (Nurhayati Abbas, 2000:12).
Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah memberikan peserta didik masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses inquiri dan penelitian. Di sini, guru mengajukan masalah, membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah. Pengaturan pembelajaran berdasarkan masalahberkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat.

1.2  Tujuan Penulisan
a.       Menambah wawasan tentang strategi pembelajaran berbasis masalah.
b.      Menambah wawasan dan ketrampilan tentang penulisan karya ilmiah.

















BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk meningkatkan pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning (PBL). Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Prosesproses kognitif yang disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan kontektual mempengaruhi pembelajaran. Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan PBL.

Prinsip 1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan kekepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.

Prinip 2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten(body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?

Prinsip 3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalah-maslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990)
2.2  Pengertian Strategi pembelajaran berbasis masalah
Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Sanjaya 2006:212).
Duch (1995) dalam (Al Muchtar) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya adalah metode instruksional yang memiliki ciri utama yaitu menjadikan masalah-masalah aktual dan atau nyata sebagai konteks untuk peserta didik belajar agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan yang mendalam.
Pengertian yang lebih luas dikemukakan oleh Mc Cormick (Boser:1993) bahwa berdasarkan konteksnya, pemecahan masalah memiliki sejumlah pengertian, yaitu: (a) sebagai metode belajar yang memfasilitasi relajar aktif; (b) kemampuan umum untuk berhubungan dengan situasi yang bermasalah; (c) metode yang seringkali dipakai dalam matematika dan ilmu alam; (d) sebuah investigasi empirik.
Boser (1993) sendiri menyimpulkan dua pengertian utama dari strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah ini. Pertama, ”tecnological problem solving”sebagai cara yang sistematis untuk melakukan investigasi terhadap situasi tertentu dan menerapkan sebuah solusi. Kedua ”the problem solving approach” digunakan untuk mendeskripsikan metode belajar yang mengembangkan wawasan baru dan proses berpikir melalui belajar aktif dengan cara melakukan investigasi.
Pemecahan masalah sebagai sebuah pendekatan belajar melibatkan lingkungan belajar dimana masalah adalah kunci untuk menuju proses belajar, yaitu sebelum peserta didik belajar sejumlah pengetahuan, terlebih dahulu mereka diberikan masalah (Mc.Master Medical School:19 60). Duch (1995) juga menjelaskan bahwa belajar berbasis masalah sebagai metode instruksional menantang peserta didik untuk ”belajar bagaimana belajar” (learn how to learn). Bekerjasama dengan anggota kelompoknya untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Masalah-masalah tersebut digunakan utnuk melahirkan rasa penasaran dan motivasi peserta didik untuk mempelajari subyek tertentu. Cara belajar seperti ini menyiapkan peserta didik berpikir kritis dan analistis, dan bagaimana mereka berlatih menemukan dan menggunakan simber-sumber belajar yang layak (Al Muchtar 2007:188).
Pendekatan pembelajaran Berbasis Masalah ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar (Nurhayati Abbas, 2000:12). Guru dalam model pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah dan pemberi fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan dandorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inquiri dan intelektual siswa.Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan. Pembelajaran berdasarkan masalah juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan aktivitas belajar siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Di sini guru berperan sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa, dan penentun arah belajar siswa (Nurhayati Abbas, 2000:12).
Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah memberikan siswa masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses inquiri dan penelitian. Di sini, guru mengajukan masalah, membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah. Pengaturan pembelajaran berdasarkan masalahberkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat. Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000:13) pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut :
  1. Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
  2. Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
  3. Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
  4. Luas dan sesuai dengan Tujuan Pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
e.       Bermanfaat. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa. Serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

2.3  Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Terdapat beberapa ciri atau karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.
  1. Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Peserta didik tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.
  2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada pembelajaran.
  3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakaukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
2.4  Tujuan Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah serta dasar pertimbangannya
Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan, jika guru menghendaki sebagai berikut.
  1. Agar peserta didik tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran akan tetapi menguasai dan memahami secara penuh.
  2. Mengembangkan keterampilan berpikir rasional, kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgement secara obyektif.
  3. Kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intyelektual peserta didik.
  4. Mendorong peserta didik untuk lebih bertanggungjawab dalam belajaranya
  5. Agar peserta didik memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan)
Ditinjau dari kondisi empiris peserta didik, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadikan dasar pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran berbasis masaalh ini adalah diantaranya sebagai berikut:
a.         Banyak siswa hanya mampu  menyajikan tingkat  hapalan  yang  baik terhadap  materi ajar yang  diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya.
b.        Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan/dimanfaatkan. 
Namun permasalahannya:
a.       Bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut ?
b.      Bagaimana setiap mata pelajaran dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh ?.
c.       Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka pelajari ?.
d.      Bagaimana siswa dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu mengkaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya
“Tantangan yang dihadapi oleh guru setiap hari dan merupakan tantangan bagi pengembang kurikulum”.
2.5  Prinsip-Prinsip dalam Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah secara khusus melibatkan pebelajar bekerja pada masalah dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima orang dengan bantuan asisten sebagai tutor. Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru. Analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan perolehan pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah. Permasalahan dihadapkan sebelum semua pengetahuan relevan diperoleh dan tidak hanya setelah membaca teks atau mendengar ceramah tentang materi subjek yang melatar belakangi masalah tersebut. Hal inilah yang membedakan antara PBL dan metode yang berorientasi masalah lainnya. Tutor berfungsi sebagai pelatih kelompok yang menyediakan bantuan agar interaksi pebelajar menjadi produktif dan membantu pebelajar mengidentifikasi pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Hasil dari proses pemecahan masalah itu adalah, pebelajar membangun pertanyaan-pertanyaan (isu pembelajaran) tentang jenis pengatahuan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah? Setelah itu, pebelajar melakukan penelitian pada isu-isu pembelajaran yang telah diidentifikasi dengan menggunakan berbagai sumber.
Untuk ini pebelajar disediakan waktu yang cukup untuk belajar mandiri. Proses PBL akan menjadi lengkap bila pebelajar melaporkan hasil penelitiannnya (apa yang dipelajari) pada pertemuan berikutnya. Tujuan pertama dari paparan ini adalah untuk menunjukkan hubungan antara pengetahuan baru yang diperoleh dengan masalah yang ada ditangan pebelajar. Fokus yang kedua adalah untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru. Setelah melengkapi siklus pemecahan masalah ini, pebelajar akan memulai menganalisis masalah baru, kemudian diikuti lagi oleh prosedur: analisis- penelitian- laporan.

2.6  Hakikat Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Masalah dalam pembelajaran berbasis masalah adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti, setiap orang bisa berbeda, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuannya adalah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat masalah dalam pembelajaran berbasis masalah adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan atau kecemasan. Oleh karena itu maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber pada buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Di bawah ini beberapa kriteria pemilihan bahan pelajaran dan pembelajaran berbasis masalah:
  1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu konflik (conflic issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman vidio dan yang lainnya.
  2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersiofat familiar dengan peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengikutinya dengan baik.
  3. Bahan yang dipilih adalah bahan yang berhubungan dengan orang banyak (universal) sehingga terasa manfaatnya.
  4. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimilki peserta didik sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
  5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat peserta didik sehingga setiap peserta didik merasa perlu untuk mempelajarinya.
2.7  Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah
John Dewey dalam Senjaya (2007) mengemukakan enam langkah sebagai berikut:
  1. Merumuskan masalah yaitu langkah peserta didik menentukan masalah yang akan dipecahkan.
  2. Menganalisis masalah yaitu langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
  3. Merumuskan hipotesis yaitu langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
  4. Mengumpulkan data yaitu langkah peserta didik mencarfi dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
  5. Pengujian hipotesis yaitu langkah peserta didik mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
  6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah yaitu langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
David Johnson and Johnson masih dalam Sanjaya (2007) mengemukakan lima langkah melalui kegiatan kelompok sebagai berikut:
  1. Mendefinisikan masalah yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, sehingga peserta didik menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan dari peserta didik tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
  2. Mendiagnosis masalah yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor dalam penyelesaian masalah baik faktor penghambat maupun faktor pendukung.
  3. Merumuskan alternatif strategi yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Dalam tahapan ini setiap peserta didik didorong untuk berpikir  mengemukan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
  4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
  5. Melakukan evaluasi baik proses maupun hasil, evaluasi proses adalah evaluasi seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
Tahap Tingkah Laku Pembelajar
Tahap 1
Orientasi pebelajar pada masalah
  • Pembelajar menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi pebelajar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Pembelajar mendiskusikan rubric asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/hasil karya pebelajar.

Tahap 2
Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar
  • Pembelajar membantu pebelajar mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.


Tahap 3
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
  • Pembelajar mendorong pebelajar untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
  • Pembelajar membantu pebelajar dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.


Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
  • Pembelajar membantu pebelajar untuk melakukan efleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

2.8  Metode yang digunakan dalam strategi pembelajaran berbasis masalah
1.    Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan interaksi antara mahasiswa-mahasiwa, atau mahasiswa dengan pengajar untuk menganalisis, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Untuk menggunakan metode ini, pengajar harus:
b.    Menyediakan bahan, topik atau masalah yang akan didiskusikan.
c.    Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan setudy khusus pada peserta didik sebelum menyelenggarakan diskusi.
d.   Menugaskan peserta didik untuk menjelaskan, menganalisis dan meringkas.
e.    Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah.
f.     Awas kepada kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan dengan kebingungan.



2.    Metode Sumbang pendapat atau sumbang saran (brainstorming)
Metode sumbang saran merupakan proses penampungan pendapat dari peserta didik tanpa evaluasi terhadap kualitas pendapat tersebut. Bila menggunakan metode ini guru tiddak boleh berorientasi terhadap hasil metode tersebut tetapi terhadap pendekatannya yaitu mendorong keberanian peserta didik memunculkan pendapatnya tanpa takut disalahkan.
3.    study kasus
Metode study kasus berbentuk penjelasan tentang maslah, kejadian, atau situasi tertentu, kemudian peserta didik ditugaskan mencari alternatif pemecahannya.

Untuk mengimplementasikan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Sedangkan pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :
a.    Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar hanya dapat mengingat metri pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara utuh.
b.    Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan berpikir rasional siswa.
c.    Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
d.   Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam pembelajarannya.
e.    Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya

Berikut ini adalah contoh penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran Matematika Kelas V
Semester 1 Sekolah Dasar.
I. Standar Kompetensi
2.Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan
kecepatan dalam pemecahan masalah
II. Kompetensi Dasar
2.1 Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24
jam
III. Indikator
§   Siswa dapat membaca tanda waktu dengan notasi 24 jam (termasuk keterangan siang, sore, dan malam)
§   Siswa dapat menuliskan tanda waktu dengan notasi 24 jam.
IV. Kegiatan Pembelajaran
1.    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini.
2.    Guru mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
3.     Guru meminta siswa mempelajari dan menyelesaikan masalah tersebut. Siswa diminta mempresentasikan hasil jawabannya, guru memberikan respon  dan membimbing seperlunya menuju jawaban yang benar.
4.    Guru memberikan Lembar Latihan (terlampir) pada siswa.
5.    Guru  meminta    siswa   mengemukakan idenya bagaimana cara memecahkan masalah tersebut.
6.    Guru  membimbing/mengamati siswa dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam Lembar Latihan.
7.    Guru mendorong siswa menyajikan hasil pemecahan      masalah dan  membimbing bila menemui kesulitan.
8.    Guru memberikan pemantapan materi.
9.    Guru melakukan evaluasi pembelajaran.
10.                        Penutup.

2.10 Keunggulan dan Kelebihan
a.    Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

  1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
  2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.  
  3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. 
  4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 
  5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 
  6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. 
  7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 
  8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
  9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau apa yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. 

b. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
a.    Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b.    Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 
c.    Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.


BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada bab ini kelompok kami akan menyimpulkan pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah yang kami tarik dan berdasarkan  dari teory-teory para ilmuan yaitu Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah yang di sajikan oleh guru kepada peserta didik.  Pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis-analitis-sistematis-logis (divergent) dan keterampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran yang diberikan guru.
Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berbasis masalah adalah memberikan peserta didik masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses pemecahan masalah.  Pendekatan pembelajaran Berbasis Masalah ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan. Dalam memecahkan masalah pelajar harus berfikir, mencobakan hipotesis dan bila berhasil memecahkan masalah itu ia mempelajari sesuatu yang baru. Langkah –langkah dalam pembelajaran Berbasis Masalah secara garis besarnya adalah:
1.      Peserta didik dihadapkan dengan masalah
2.      Peserta didik  merumuskan maslaah itu
3.      Peserta didik  merumuskan hipotesis
4.      Peserta didik  menguji hipotesis itu.
Hanya langkah pertama merupakan peristiwa ekstern, selebihnya merupakan proses intern yang terjadi dalam diri pelajar.
Demikian simpulan yang dapat kami sampaikan berdasarkan pembahasan makalah ini.



Daftar Pustaka

Al Muchtar, Suwarma (2000), Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS, PPS UPI, Bandung.
Senjaya, Wina. (2007), Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Usman, M.Uzer dan Setiawati, Lilis (1993), Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.

1 komentar:

  1. Caracepathamil-alami.blogspot.com adalah situs yang menyediakan informasi seputar kesehatan ibu hamil / ibu menyusui dan janin, panduan lengkap cara cepat hamil secara alami, info tentang kehamilan serta persalinan, tips kecantikan, masalah kewanitaan dan cara mengatasinya, serta kiat-kiat khusus cara merawat bayi dengan benar.

    BalasHapus

Selamat Datang Di Blogger Ignasius Fandy Jayanto