KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Ungkapan puji syukur
kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami diberikan
kekuatan untuk dapat menyelesaikan Makalah ini, yang disusun sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas kelompok Mata kuliah Strategi Pembelajaran Tahun
Akademik 2013 / 2014.
Ucapan terimakasih,
penyusun ucapkan kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam
penyelesaian Makalah ini, tujuan penugasan dan harapan-harapan yang berkaitan
dengan tugas yang dibuat. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih
kepada:
1.
Prof. Dr. H Karwono M.Pd. Selaku dosen pengampu yang
telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini,
2.
Orang Tua yang telah memberikan Doa dan dukungan,
3.
Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat
bermanfaat baik untuk penulis maupun pembaca pada umumnya. Tak ada Gading
yang Tak Retak, begitu juga dengan Makalah ini. Penyusun menyadari bahwa
Makalah ini masih belum sempurna, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna perbaikan yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Metro, April 2013
Penyusun :
1.
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................................ i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI........................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.................................................................................... 1
1.2 Tujuan
Makalah................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan
Teoretik Model PBM................................................. .... 3
2.2
Pengertian Strategi PBM............................................................... .... 4
2.3 Karakteristik PBM......................................................................... 6
2.4 Tujuan PBM................................................................................... 7
2.5 Prinsip-prinsip dalam Penerapan PBM................................................ 7
2.6 Hakekat Masalah Dalam PBM............................................................ 8
2.7 Tahap PBM.......................................................................................... 9
2.8 Metode yang digunakan dalam PBM.................................................. 11
2.9 Penerapan ModelPBM.................................................................... .... 12
2.10 Keunggulan dan Kelemahan PBM.................................................... 13
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Arends (Nurhayati Abbas, 2000:
12) menyatakan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah adalah strategi
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik,
sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini
bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu dan meningkatkan
keterampilan berpikirkritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan
pengetahuan konsep-konsep penting.
Pendekatan pembelajaran Berbasis Masalah ini mengutamakan
proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa
mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah
penggunaannya di dalam tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi
berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar (Nurhayati Abbas,
2000:12). Guru dalam strategi pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai
penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah dan
pemberi fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan dandorongan
yang dapat meningkatkan pertumbuhan inquiri dan intelektual siswa.Pembelajaran
berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan
kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan. Pembelajaran berdasarkan
masalah juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan aktivitas
belajar siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Di sini guru
berperan sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa, dan penentun
arah belajar siswa (Nurhayati Abbas, 2000:12).
Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan masalah
adalah memberikan peserta didik masalah
yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses inquiri dan penelitian.
Di sini, guru mengajukan masalah, membimbing dan memberikan petunjuk minimal
kepada siswa dalam memecahkan masalah. Pengaturan pembelajaran
berdasarkan masalahberkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi
siswa maupun masyarakat.
1.2 Tujuan
Penulisan
a.
Menambah
wawasan tentang strategi pembelajaran berbasis masalah.
b.
Menambah
wawasan dan ketrampilan tentang penulisan karya ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis
Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif
menyediakan landasan teoretis untuk meningkatkan pengajaran secara umum dan
khsususnya problem based
learning (PBL).
Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses
konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini.
Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah proses
yang konstruktif dan bukan penerimaan. Prosesproses kognitif yang disebut
metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan
kontektual mempengaruhi pembelajaran. Berdasar pada pandangan psikologi
kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan PBL.
Prinsip 1. Belajar
adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran
tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan
pengetahuan kekepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong
yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan
untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan
buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada
kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam
mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa
memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar
konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru
digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak
hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi
itu diinterpretasikan dan dipanggil.
Prinip 2. Knowing
About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip
kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar
mengajukan keterampilan-keterampilan self
monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers,
1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar
seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I
doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah
tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten(body of knowledge),
tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara
khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar
diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah
hasil pemecahan masalah masuk akal?
Prinsip 3. Faktor-faktor
Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini
adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki
pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan
tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian
pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan
pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan.
Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam
menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga menunjukkan
bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman
masalah-maslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990)
2.2 Pengertian
Strategi pembelajaran berbasis masalah
Strategi
pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktifitas
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah (Sanjaya 2006:212).
Duch (1995)
dalam (Al Muchtar) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah pada
dasarnya adalah metode instruksional yang memiliki ciri utama yaitu menjadikan
masalah-masalah aktual dan atau nyata sebagai konteks untuk peserta didik
belajar agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan yang mendalam.
Pengertian yang
lebih luas dikemukakan oleh Mc Cormick (Boser:1993) bahwa berdasarkan
konteksnya, pemecahan masalah memiliki sejumlah pengertian, yaitu: (a) sebagai
metode belajar yang memfasilitasi relajar aktif; (b) kemampuan umum untuk
berhubungan dengan situasi yang bermasalah; (c) metode yang seringkali dipakai
dalam matematika dan ilmu alam; (d) sebuah investigasi empirik.
Boser (1993)
sendiri menyimpulkan dua pengertian utama dari strategi pembelajaran berbasis pemecahan
masalah ini. Pertama, ”tecnological problem solving”sebagai cara
yang sistematis untuk melakukan investigasi terhadap situasi tertentu dan
menerapkan sebuah solusi. Kedua ”the problem solving approach” digunakan
untuk mendeskripsikan metode belajar yang mengembangkan wawasan baru dan proses
berpikir melalui belajar aktif dengan cara melakukan investigasi.
Pemecahan
masalah sebagai sebuah pendekatan belajar melibatkan lingkungan belajar dimana
masalah adalah kunci untuk menuju proses belajar, yaitu sebelum peserta didik
belajar sejumlah pengetahuan, terlebih dahulu mereka diberikan masalah
(Mc.Master Medical School:19 60). Duch (1995) juga menjelaskan bahwa belajar
berbasis masalah sebagai metode instruksional menantang peserta didik untuk
”belajar bagaimana belajar” (learn how to learn). Bekerjasama dengan
anggota kelompoknya untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi.
Masalah-masalah tersebut digunakan utnuk melahirkan rasa penasaran dan motivasi
peserta didik untuk mempelajari subyek tertentu. Cara belajar seperti ini menyiapkan
peserta didik berpikir kritis dan analistis, dan bagaimana mereka berlatih
menemukan dan menggunakan simber-sumber belajar yang layak (Al Muchtar
2007:188).
Pendekatan pembelajaran
Berbasis Masalah ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru
harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan
diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir
lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana
belajar (Nurhayati Abbas, 2000:12). Guru dalam model pembelajaran berdasarkan
masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu
menemukan masalah dan pemberi fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan
dukungan dandorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inquiri dan
intelektual siswa.Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika
guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran
gagasan. Pembelajaran berdasarkan masalah juga dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan aktivitas belajar siswa, baik secara
individual maupun secara kelompok. Di sini guru berperan sebagai pemberi
rangsangan, pembimbing kegiatan siswa, dan penentun arah belajar siswa (Nurhayati
Abbas, 2000:12).
Hal
yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah
memberikan siswa masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses
inquiri dan penelitian. Di sini, guru mengajukan masalah, membimbing dan memberikan
petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah. Pengaturan pembelajaran
berdasarkan masalahberkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi
siswa maupun masyarakat. Menurut Arends (Nurhayati Abbas,
2000:13) pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi
kriteria sebagai berikut :
- Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
- Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
- Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
- Luas dan sesuai dengan Tujuan Pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
e. Bermanfaat. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah
bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat
masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa. Serta membangkitkan motivasi
belajar siswa.
2.3 Karakteristik
Pembelajaran Berbasis Masalah
Terdapat beberapa ciri atau
karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.
- Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Peserta didik tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.
- Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada pembelajaran.
- Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakaukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
2.4 Tujuan
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah serta dasar pertimbangannya
Strategi pembelajaran berbasis masalah
dapat diterapkan, jika guru menghendaki sebagai berikut.
- Agar peserta didik tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran akan tetapi menguasai dan memahami secara penuh.
- Mengembangkan keterampilan berpikir rasional, kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgement secara obyektif.
- Kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intyelektual peserta didik.
- Mendorong peserta didik untuk lebih bertanggungjawab dalam belajaranya
- Agar peserta didik memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan)
Ditinjau dari kondisi empiris peserta
didik, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadikan dasar pertimbangan
pemilihan strategi pembelajaran berbasis masaalh ini adalah diantaranya sebagai
berikut:
a.
Banyak siswa hanya mampu menyajikan tingkat hapalan
yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka
tidak memahaminya.
b.
Sebagian besar dari siswa tidak mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan
tersebut akan dipergunakan/dimanfaatkan.
Namun permasalahannya:
a.
Bagaimana menemukan cara terbaik untuk
menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu,
sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep
tersebut ?
b.
Bagaimana setiap mata pelajaran
dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman
yang utuh ?.
c.
Bagaimana seorang guru dapat
berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang
alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka
pelajari ?.
d.
Bagaimana siswa dapat membuka wawasan
berpikir yang beragam dari siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai
konsep dan mampu mengkaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga dapat membuka
berbagai pintu kesempatan selama hidupnya
“Tantangan yang
dihadapi oleh guru setiap hari dan merupakan tantangan bagi pengembang
kurikulum”.
2.5 Prinsip-Prinsip dalam Penerapan Pembelajaran
Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah secara khusus
melibatkan pebelajar bekerja pada masalah dalam kelompok kecil yang terdiri
dari lima orang dengan bantuan asisten sebagai tutor. Masalah disiapkan sebagai
konteks pembelajaran baru. Analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu
menghasilkan perolehan pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah.
Permasalahan dihadapkan sebelum semua pengetahuan relevan diperoleh dan tidak
hanya setelah membaca teks atau mendengar ceramah tentang materi subjek yang
melatar belakangi masalah tersebut. Hal inilah yang membedakan antara PBL dan
metode yang berorientasi masalah lainnya. Tutor berfungsi sebagai pelatih
kelompok yang menyediakan bantuan agar interaksi pebelajar menjadi produktif
dan membantu pebelajar mengidentifikasi pengetahuan yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah. Hasil dari proses pemecahan masalah itu adalah, pebelajar
membangun pertanyaan-pertanyaan (isu pembelajaran) tentang jenis pengatahuan
apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah? Setelah itu, pebelajar
melakukan penelitian pada isu-isu pembelajaran yang telah diidentifikasi dengan
menggunakan berbagai sumber.
Untuk ini pebelajar disediakan waktu yang
cukup untuk belajar mandiri. Proses PBL akan menjadi lengkap bila pebelajar
melaporkan hasil penelitiannnya (apa yang dipelajari) pada pertemuan
berikutnya. Tujuan pertama dari paparan ini adalah untuk menunjukkan hubungan
antara pengetahuan baru yang diperoleh dengan masalah yang ada ditangan
pebelajar. Fokus yang kedua adalah untuk bergerak pada level pemahaman yang
lebih umum, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru. Setelah melengkapi
siklus pemecahan masalah ini, pebelajar akan memulai menganalisis masalah baru,
kemudian diikuti lagi oleh prosedur: analisis-
penelitian- laporan.
2.6 Hakikat Masalah
dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Masalah dalam
pembelajaran berbasis masalah adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya
jawaban dari masalah tersebut belum pasti, setiap orang bisa berbeda,
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bereksplorasi mengumpulkan dan
menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Tujuannya adalah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis,
sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat masalah
dalam pembelajaran berbasis masalah adalah gap atau kesenjangan antara situasi
nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan
apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan,
keluhan, kerisauan atau kecemasan. Oleh karena itu maka materi pelajaran atau
topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber pada buku saja, akan
tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Di bawah ini beberapa kriteria pemilihan bahan pelajaran
dan pembelajaran berbasis masalah:
- Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu konflik (conflic issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman vidio dan yang lainnya.
- Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersiofat familiar dengan peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengikutinya dengan baik.
- Bahan yang dipilih adalah bahan yang berhubungan dengan orang banyak (universal) sehingga terasa manfaatnya.
- Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimilki peserta didik sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
- Bahan yang dipilih sesuai dengan minat peserta didik sehingga setiap peserta didik merasa perlu untuk mempelajarinya.
2.7 Tahapan
Pembelajaran Berbasis Masalah
John Dewey dalam Senjaya (2007)
mengemukakan enam langkah sebagai berikut:
- Merumuskan masalah yaitu langkah peserta didik menentukan masalah yang akan dipecahkan.
- Menganalisis masalah yaitu langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
- Merumuskan hipotesis yaitu langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
- Mengumpulkan data yaitu langkah peserta didik mencarfi dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
- Pengujian hipotesis yaitu langkah peserta didik mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
- Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah yaitu langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
David Johnson
and Johnson masih dalam Sanjaya (2007) mengemukakan lima langkah melalui
kegiatan kelompok sebagai berikut:
- Mendefinisikan masalah yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, sehingga peserta didik menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan dari peserta didik tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
- Mendiagnosis masalah yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor dalam penyelesaian masalah baik faktor penghambat maupun faktor pendukung.
- Merumuskan alternatif strategi yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Dalam tahapan ini setiap peserta didik didorong untuk berpikir mengemukan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
- Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
- Melakukan evaluasi baik proses maupun hasil, evaluasi proses adalah evaluasi seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
Tahap Tingkah Laku Pembelajar
Tahap 1
Orientasi
pebelajar pada masalah
- Pembelajar menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi pebelajar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Pembelajar mendiskusikan rubric asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/hasil karya pebelajar.
Tahap 2
Mengorganisasikan
pebelajar untuk belajar
- Pembelajar membantu pebelajar mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3
Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
- Pembelajar mendorong pebelajar untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap 4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
- Pembelajar membantu pebelajar dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
- Pembelajar membantu pebelajar untuk melakukan efleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
2.8 Metode
yang digunakan dalam strategi pembelajaran berbasis masalah
1. Metode
Diskusi
Metode diskusi merupakan interaksi antara
mahasiswa-mahasiwa, atau mahasiswa dengan pengajar untuk menganalisis, menggali
atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Untuk menggunakan metode
ini, pengajar harus:
b.
Menyediakan
bahan, topik atau masalah yang akan didiskusikan.
c.
Menyebutkan
pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan setudy khusus pada
peserta didik sebelum menyelenggarakan diskusi.
d.
Menugaskan
peserta didik untuk menjelaskan, menganalisis dan meringkas.
e.
Membimbing
diskusi, tidak memberi ceramah.
f.
Awas
kepada kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan dengan kebingungan.
2. Metode
Sumbang pendapat atau sumbang saran (brainstorming)
Metode sumbang saran merupakan proses penampungan
pendapat dari peserta didik tanpa evaluasi terhadap kualitas pendapat tersebut.
Bila menggunakan metode ini guru tiddak boleh berorientasi terhadap hasil
metode tersebut tetapi terhadap pendekatannya yaitu mendorong keberanian
peserta didik memunculkan pendapatnya tanpa takut disalahkan.
3. study
kasus
Metode study kasus berbentuk penjelasan tentang maslah,
kejadian, atau situasi tertentu, kemudian peserta didik ditugaskan mencari
alternatif pemecahannya.
Untuk mengimplementasikan Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang
dapat dipecahkan. Sedangkan pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat
diterapkan :
a.
Manakala
guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar hanya dapat mengingat metri
pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara utuh.
b.
Apabila
guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan berpikir rasional siswa.
c.
Manakala
guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat
tantangan intelektual siswa.
d.
Jika
guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam pembelajarannya.
e.
Jika
guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan
kenyataan dalam kehidupannya
Berikut ini adalah contoh penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah pada mata pelajaran Matematika Kelas V
Semester 1 Sekolah Dasar.
I. Standar Kompetensi
2.Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan
kecepatan dalam pemecahan masalah
II. Kompetensi Dasar
2.1 Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24
jam
III. Indikator
Semester 1 Sekolah Dasar.
I. Standar Kompetensi
2.Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan
kecepatan dalam pemecahan masalah
II. Kompetensi Dasar
2.1 Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24
jam
III. Indikator
§ Siswa dapat membaca tanda waktu dengan notasi 24
jam (termasuk keterangan siang, sore, dan malam)
§ Siswa dapat menuliskan tanda waktu dengan notasi
24 jam.
IV.
Kegiatan Pembelajaran
1.
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini.
2.
Guru
mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
3.
Guru meminta siswa mempelajari dan
menyelesaikan masalah tersebut. Siswa diminta mempresentasikan hasil
jawabannya, guru memberikan respon dan membimbing seperlunya menuju
jawaban yang benar.
4.
Guru
memberikan Lembar Latihan (terlampir) pada siswa.
5.
Guru
meminta siswa mengemukakan idenya bagaimana cara memecahkan
masalah tersebut.
6.
Guru
membimbing/mengamati siswa dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam Lembar
Latihan.
7.
Guru
mendorong siswa menyajikan hasil pemecahan
masalah dan membimbing bila menemui kesulitan.
8.
Guru
memberikan pemantapan materi.
9.
Guru
melakukan evaluasi pembelajaran.
10.
Penutup.
2.10 Keunggulan
dan Kelebihan
a. Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi
pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
- Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
- Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
- Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
- Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
- Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
- Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
- Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
- Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
- Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan
kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau apa yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada
tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang
terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
b. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan,
strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki
beberapa kelemahan diantaranya:
a. Manakala siswa tidak memiliki
minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan strategi
pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka
berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak
akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada bab ini
kelompok kami akan menyimpulkan pengertian
Pembelajaran
Berbasis Masalah yang kami
tarik dan berdasarkan dari teory-teory
para ilmuan yaitu Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan
rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah yang di sajikan oleh guru kepada peserta
didik. Pembelajaran berbasis masalah
adalah strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir
kritis-analitis-sistematis-logis (divergent) dan keterampilan pemecahan masalah
serta memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran yang
diberikan guru.
Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berbasis masalah
adalah memberikan peserta didik masalah
yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses pemecahan masalah.
Pendekatan pembelajaran Berbasis Masalah ini
mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk
membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan. Dalam memecahkan masalah pelajar harus berfikir,
mencobakan hipotesis dan bila berhasil memecahkan masalah itu ia mempelajari
sesuatu yang baru. Langkah –langkah
dalam pembelajaran Berbasis Masalah secara
garis besarnya adalah:
1.
Peserta
didik dihadapkan dengan masalah
2.
Peserta
didik merumuskan maslaah itu
3.
Peserta
didik merumuskan hipotesis
4.
Peserta
didik menguji hipotesis itu.
Hanya langkah pertama merupakan peristiwa ekstern,
selebihnya merupakan proses intern yang terjadi dalam diri pelajar.
Demikian simpulan yang dapat kami sampaikan berdasarkan
pembahasan makalah ini.
Daftar Pustaka
Al Muchtar, Suwarma (2000), Strategi
Pembelajaran Pendidikan IPS, PPS UPI, Bandung.
Senjaya, Wina. (2007), Strategi
Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Usman, M.Uzer dan Setiawati, Lilis
(1993), Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya.
Caracepathamil-alami.blogspot.com adalah situs yang menyediakan informasi seputar kesehatan ibu hamil / ibu menyusui dan janin, panduan lengkap cara cepat hamil secara alami, info tentang kehamilan serta persalinan, tips kecantikan, masalah kewanitaan dan cara mengatasinya, serta kiat-kiat khusus cara merawat bayi dengan benar.
BalasHapus