KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kepada Allah atas
segala rahmat-Nya yang telah memberikan kesempatan waktu bagi kami dalam
menyusun tugas kelompok ini. Makalah ini ditulis penulis sebagai pemenuhan
tugas mata kuliah Profesi pendidikan, penulis menyadari bahwa di dalam
pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Allah Yang Maha Esa dan tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1.
Prof. Dr. H. Juhri AM,M.Pd
sebagai dosen pengampu yang telah memberikan arahan kepada kami dalam
rangka penyelesaian makalah ini.
2.
Kepada orang tua yang memotivasikan kami sehingga penyelesaian makalah
ini terselesaikan.
3.
Kepada teman-teman yang memberi semangat hingga makalah ini
terselesaikan.
Tiada Manusia yang Sempurna, begitupun dengan
makalah ini. Masih ada beberapa kesalahan yang ada tanpa disadari oleh penulis,
oleh karena itu penulis harapkan akan adanya kritik dan saran atas makalah ini
yang membangun. Dan dari penulis sendiri kami ucapkan terima kasih, dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Metro,
Maret 2013
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Penulis....................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
A. Tantangan Pendidikan di
Era Perubahan........................................... 3
B. Reorientasi Paradigma Pendidikanyang
Diinginkan............................. 5
C. Hakikat Belajar Mengajar..................................................................... 7
D. Pendekatan Pembelajaran Sebagai Fokus
Perhatian Guru.................... 8
E.
Visi dan Kompetensi Guru................................................................... 11
Bab III Penutup
A. Tanggapan ........................................................................................... 14
B. Kesimpulan.......................................................................................... 16
Daftar Pustaka
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Akibat pengaruh globalisasi menghadirkan problem baru berupa kesenjangan
antara kemajuan Iptek sekarang dengan kurikulum sekolah. Dilain pihak, motivasi
dan minat belajar siswa masih rendah yang mengakibatkan kualitas lulusan
sebagai hasil pendidikan cenderung merendah pula. Wacana mutu pendidikan yang
tak menggembirakan itu terindikasi pada tahun 2000 lalu sebuah organisasi dunia
Internasional Assosiation of Educational
Evaluation in Achievement (IEA) menerbitkan hasil survei prestasi belajar
matematika dan IPA bagi siswa sekolah usia 13 tahun pada 42 negara yang
menempatkan negara kita berada pada posisi kurang menggembirakan.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana menemukan pendekatan yang terbaik
untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran
tertentu sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep
tersebut. Bagaimana setiap individual mata pelajaran dipahami sebagai bagian
yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh. Bagaimana
seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu
bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu dan hubungan dari
apa yang mereka pelajari. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berfikir yang
beragam dari seluruh siswa sehingga mereka dapat mempelajari dari berbagai
konsep dan cara mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehingga dapat membuka
berbagai pintu kesempatan selama hidupnya. Hal ini merupakan tantangan yang
dihadapi guru setiap hari dan tantangan bagi pengembangan kurikulum.
1.2 Tujuan Masalah
1.
Untuk syarat mengikuti mata kuliah Profesi Kependidikan.
2.
Melatih diri dan kelompok untuk menulis karya tulis ilmiah.
3.
Menguraikan dan menjelaskan teori yang berkaitan dengan peran guru
supervisi pengajaran.
4.
Melatih dan mengembangkan keilmuan yang membahas tentang aspek- aspek
sesuai dengan tantangan pendidikan di era perubahan, reorientasi paradigma pendidikan yang diinginkan, hakikat belajar
mengajar, dan pendekatan pembelajaran sebagai fokus perhatian guru, serta visi
dan kompetensi guru.
1.3 Sistematika Makalah
Penulis makalah ilmiah ini dengan sistematika
sebagai berikut;
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika
makalah.
Bab 2 Pembahasan
Pada bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan Peran Guru Supervisi
Pengajaran.
Bab 3 Tanggapan dan Simpulan
Hal-hal yang diuraikan dalam tanggapan dan simpulan. Tanggapan ini
diberikan baik secara individual maupun kelompok, sedangkan simpulan
menjelaskan dari pembahasan yang meliputi tantangan pendidikan di era
perubahan, reorientasi paradigma pendidikan yang diinginkan, hakikat belajar
mengajar, pendekatan pembelajaran sebagai fokus perhatian guru, serta visi dan
kompetensi guru.
Bab II
Pembahasan
A. Tantangan Pendidikan di Era
Perubahan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat selama ini
membawa dampak terhadap jarak antar bangsa di dunia sehingga fenomena ini
bersifat global. Perkembangan dan tatanan ekonomi dunia sedang merubah ke arah
perdagangan dan investasi bebas. General
Agreement off tariff and Trade (GATT) yang selanjutnya berkembang menjadi World Trade Organisation (WTO) serta
dibentuknya perdagangan regional seperti
European Economics Community (EEC), North
American Free Trade Agreement (NAFTA), dan Asia Pasific Economi Cooperation (APEC) merupakan bentuk nyata
perdagangan global yang bebas dan makin terbuka. Hal ini akan membawa implikasi
bahwa pasar domestik akan menjadi bagian dari pasar dunia sehingga gejolak yang
terjadi dalam ekonomi global berpengaruh pada pasar domestik. Untuk menghadapi
persaingan yang makin ketat, harus didukung kualitas sumber daya manusia yang unggul dan komitmen
terhadap nilai-nilai.(Idris,J.2005).
Akibat pengaruh globalisasi menghadirkan problem baru berupa kesenjangan
antara kemajuan Iptek sekarang dengan kurikulum sekolah. Di dunia pendidikan, globalisasi juga akan mendatangkan kemajuan
yang sangat cepat, yakni munculnya beragam sumber belajar dan merebaknya media
massa, khususnya internet dan media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat
pendidikan. Dampak dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber ilmu
pengetahuan. Hasilnya, para siswa bisa menguasai pengetahuan yang belum
dikuasai oleh guru. Oleh karena itu, tidak mengherankan pada era globalisasi ini,
wibawa guru khususnya dan orang tua pada umumnya di mata siswa merosot. Di sisi
lain, pengaruh-pengaruh pendidikan yang mengembangkan kemampuan untuk
mengendalikan diri, kesabaran, rasa tanggung jawab, solidaritas sosial,
memelihara lingkungan baik sosial maupun fisik, hormat kepada orang tua, dan
rasa keberagamaan yang diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, semakin
melemah juga. Motivasi dan minat belajar siswa yang masih rendah juga
mengakibatkan kualitas lulusan sebagai hasil pendidikan cenderung merendah
pula. Wacana mutu pendidikan yang tak menggembirakan itu terindikasi pada tahun
2000 lalu sebuah organisasi dunia Internasional
Assosiation of Educational Evaluation in Achievement (IEA) menerbitkan
hasil survei prestasi belajar matematika dan IPA bagi siswa sekolah usia 13
tahun pada 42 negara yang menempatkan negara kita berada pada posisi kurang
menggembirakan.
Pelaksanaan pendidikan kita selama ini telah menempatkan kata-kata dan
semboyan baku yang mengagumkan namun seperti apa dan bagaimana manusia yang
cerdas dan seutuhnya justru tidak ditemukan dalam paham pendidikan kita.
Kehampaan visi dan filosofi tersebut membuat fokus perhatian hanya tertuju pada
masalah metodologi sedangkan inti yang sebenarnya (ruh) belum tersentuh.
Mutu hanya terwujud jika proses pendidikan di sekolah benar-benar
menjadikan siswa belajar dan belajar sebanyak mungkin. Mutu pendidikan harus
dilihat dari kemampuan belajar siswa secara mandiri. Pengetahuan apapun yang
mereka kuasai adalah hasil belajar yang mereka lakukan sendiri (Novak dan Gowin, 1984, Arend, 2001
dalam Jalaluddin).
Persoalannya sekarang adalah bagaimana menemukan pendekatan yang terbaik
untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran
tertentu sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep
tersebut. Bagaimana setiap individual mata pelajaran dipahami sebagai bagian
yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh. Bagaimana
seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu
bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu dan hubungan dari
apa yang mereka pelajari. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berfikir yang
beragam dari seluruh siswa sehingga mereka dapat mempelajari dari berbagai
konsep dan cara mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehingga dapat membuka
berbagai pintu kesempatan selama hidupnya. Hal ini merupakan tantangan yang
dihadapi guru setiap hari dan tantangan bagi pengembangan kurikulum.
B. Reorientasi Paradigma Pendidikan
yang Diinginkan
Untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi dalam persainngan global
sekarang ini maka seyogyanya perubahan perkembangan kehidupan diikuti pula
dengan perubahan orientasi pendidikan. Hal ini penting dilakukan sebagai
langkah antisipasi dan tindakan adaptasi guna mempertahankan eksistensi dalam
persaingan global. Untuk itu perubahan paradigma pendidikan yang perlu
dipperhatikan seperti (1.) Dari Schooling
ke Learning di mana implikasinya
kearah belajar siswa aktif sehingga perlu membuat suasana belajar inovatif dan
kreatif dan juga harus mampu menguasai multi metode/multi media untuk mendorong
siswa bereksplorasi, belajar dari mengamati ke menjelaskan;
(2.) Dari Knolage Based Learning
ke Competency Based Learning di mana
pembelajaran tidak disadarkan pada pencapaian perolehan produk pengatahuan
tetapi pada penguasaan keterampilan sehingga tidak menerima pengetahuan tetapi
membangun pengetahuan;
(3.) Dari Instructive ke Facilitative terjadi perubahan dari
ekspositori ke penemuan incuiry dan problem solving.
Paradigma pendidikan Indonesia saat ini adalah ingin membangun manusia
seutuhnya sehingga proses pendidikan mengarah pada 4 macam olah, yaitu Pertama: potensi olah hati dimaksudkan
membangun manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa melalui olah pikir
diharapkan bisa dibangun manusia yang intelektual secara akademis, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi,Kedua:
olah pikir di mana melalui olah pikir diharapkan bisa dibangun manusia yang
intelektual secara akademis, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, Ketiga: olah rasa dimaksudkan untuk
membangun manusia yang halus perasaan, bisa berapresiatif, bisa mensyukuri dan
bisa mengekspresikan keindahan sehingga pendidikan dengan keindahan (pendidikan
seni) menjadi sama pentingnya dengan pendidikan hati dengan pendidikan pikir
dan Keempat: olah raga dimaksudkan
membangun manusia dengan basis fisik yang tangguh, kalau fisik tidak sehat,
tidak bugar, bagaimana bisa memiliki produktivitas yang tinggi karenanya olah
ragapun menjadi penting di dalam pendidikan. Jadi pendidikan yang diinginkan
sekarang adalah mengembangan manusia yang koprehensif, mempunyai kecerdasan
komprehensif, cerdas hati, cerdas rasa, cerdas pikir, dan cerdas rasa.
Mencermati hal demikian maka pendidik bukan lagi sekedar pengajar tetapi
pendidik adalah agen pembelajaran yang membantu peserta didik yang secara
mandiri mengembangkan potensi dirinya melalui olah batin, olah pikir, olah
rasa, dan olah raga. Sehingga pemerintah menetapkan pertahapan dalam dunia pendidikan dari tahun
2005 sampai tahun 2025, antara lain tahun 2005-2010 adalah pentahapan
modernisasi dan peningkatan kapasitas pendidikan, tahun 2010-2015 peningkatan
kapasitas dan mutu pendidikan, tahun 2015-2020 peningkatan mutu, relevansi dan
kompetitif, dan tahun 2020-2025 pematangan. Pentahapan tersebut sinergi dengan
kebijakan pokok pendidikan Indonesia, Pertama
meningkatkan dan memeratakan partisipasi atau akses pendidikan, maksudnya untuk
menciptakan keadilan dan pendidikan dengan memeratakan dan meningkatkan akses
pendidikan; Kedua mewujudkan
pendidikan masyarakat yang bermutu, berdaya saing, relevan dengan kebutuhan
masyarakat yang mengandung makna bahwa output pendidikan tyang dihasilkan
haruslah bermutu, relevan, dan berdaya saing, Ketiga mewujudkan sistem pengelolaan pendidikan yang efektif,
efisien, akuntabel dengan menekankan pada peranan desentralisasi dan otonomi
pendidikan pada setiap jenjang pendidikan di masyarakat dan meningkatkan citra
publik.
Strategi yang harus dilakukan demi terwujudnya visi dan misi pendidikan
nasional, antara lain dengan pengembangan dan pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Kompetensi
dikembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalm
perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kerumitan dalam
kehidupan. Kurikulum berbasis kompetensi ditunjukkan untuk menciptakan tamatan
yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya.
Sejalan dengan perkembangan kurikulum tersebut maka pondasi pendidikan
yang dijadikan pilar pendidikan pada era revormasi dan jaringan dalam meraih
dan merebut pasar internasional, yaitu
Learning to Know (belajar mengetahui),
Learning to do (belajar melakukan), Learning
to became (belajar menjadi diri sendiri), Learning Together (belajar hidup dengan kebersamaan).
C. Hakikat Belajar Mengajar
Selama ini mengajar dianggap sebagai upaya memberikan informasi atau
upaya untuk memperagakan cara menggunakan sesuatu atau untuk memberi pelajarn
melalui mata pelajaran tertentu. Kegiatan belajar mengajar mirip seperti
kegiatan menjual dan membeli. Begitu juga dengan kegiatan belajar mengajar.
Guru baru mengajar kalau siswa belajar. Mengacu pada pandangan constructivism, belajar adalah peristiwa
di mana pembelajar secara terus- menerus membangun gagasan baru atau
memodifikasi gagasan lama dalam struktur kognitif yang senantiasa
disempurnakan. Pandangan ini sejalan dengan pandangan Raka Joni(1993). Ahli pendidikan indonesia yang mengungkapkan
titik pusat hakikat belajar sebagai ‘ pengetahuan-pemahaman’ yang terwujud
dalam bentuk pemberian makna secara konstruktivistik oleh pembelajar kepada
pengalamanya melalui berbagai bentuk pengkajian yang memerlukan pengarahan
berbagai ketrampilan kognitif di dalam mengolah informasi yang diperoleh
melalui alat indera.
Kalau begitu, dengan pandangan progresif ini, peristiwa’ belajar’ tidak
cukup sekedar dicirikan dengan menggali informasi temuan ilmuwan (baca mengkaji
materi sejumlah pelajaran), tetapi siswa perlu dikondisikan agar berperilaku
seperti ilmuwan dengan senantiasa menggunakan metode ilmiah dan memiliki sikap
ilmiah sewaktu menyelesaikan masalah. Dengan demikian, peristiwa belajar
meliputi membaca, mendengar, mendiskusikan informasi (reading and listening to science), dan melakukan kegiatan ilmiah (doing science) termasuk melakukan
kegiatan pemecahan masalah.
Ini berarti, hakikat ‘ mengajar’ dan ‘ belajar’ bergeser dari kutub
dengan makna tradisional ke kutub dengan makna progresif. Kegiatan ‘ belajar’
bergeser dari ‘ menerima informasi’ ke ‘membangun pengetahuan’ dan kegiatan ‘
mengajar’ bergeser dari ‘ mentransfer informasi’ ke ‘mengkondisikan sehingga
peristiwa belajar berlangsung’. Kalau begutu, pernyataan guru tentang ‘
seberapa jauh kurikulum sudah disajikan ( target kurikulum)’ lebih tepat
diganti dengan ‘ seberapa jauh kurikulum sudah dikuasai , dipahami, dan ‘
dibangun’ siswa ( target pemahaman)’.
Implikasi pandangan ini, kegiatan mengajar yang lazim perlu dimodifikasi
dan diubah. Misalnya, pada kegiatan mengajar sains, tidak cukup hanya melalui telling science tetapi perlu
mengembangkan kegiatan yang bersifat doing
science atau kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa untuk mengembangkan thingking skill dan bahkan tidak hanya
memperluas wawasan kognitif tetapi juga menyentuh ranah afektif, psikomotor, dan
juga metakognitif. Ranah yang terakhir ini para ahli pendidikan sering
menyentuhnya sebagai kemampuan tentang ‘belajar bagaimana belajar’ (learn how to learn).
D. Pendekatan Pembelajaran sebagai Fokus Perhatian Guru
Pendekatan pembelajara harus menciptakan suasana teaching- learning yang dapat menumbuhkan rasa dari tidak tahu
menjadi tahu dan guru memposisikan diri sebagai pelatih dan fasilitator.
Kehadiran KTSP mengharuskan guru untuk lebih berbenah diri mempersiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan tugasnya sebab berdasarkan pengamatan selama
ini proses mengajar guru melalui ceramah dan proses siswa melalui menghafal.
Dalam konteks pembelajaran yang beroreantasi pada KTSP, fokus perhatian guru
tidak lagi sebagai destroyer
(pengganggu peristiwa belajar) tetapi sebagai fasilitator( mempermudah
peristiwa belajar) yang lebih dirincikan dengan disediakan nya peluang
seluas-luasnya bagi anak untuk mengembangkan gagasan kreatif supaya anak selalu aktif menyempurnakan
gagasan miskonsepsi sambil membangun pengetahuan yang lebih ilmiah. Sejalan
dengan itu, guru senantiasa melatih anak untuk memiliki ketrampilan dan sikap
tertentu agar dirinya mampu dan mau belajar sepanjang hayat. Kebiasaan siswa
selama ini masih menganut budaya konsumtif, diantaranya kebiasaan siswa
menerima informasi secara pasif, seperti mencatat, mendengar, meniru yang
seharusnya akan diubah pada pola budaya produktif di mana siswa terbiasa untuk
menghasilkan gagasan/ karya seperti merancang/ membuat model, penelitian,
pemecahan masalah, dan menemukan gagasan baru.
Perubahan peran peran guru akan bisa dilakukan bila guru memahami
hakikat pembelajaran yang diinginkan dalam kurikulum berbasis kompetensi, misalnya
pembelajaran bisa terjadi di dalam dan di luar kelas dengan metode yang
bervariasi, makna pembelajaran dengan pola ini berdasarkan pada kompetensi
dasar yang harus dicapai sehingga pendekatan pembelajaran dalam kurikulum
berbasis kompetensi menuntut guru ntuk memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1.
Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental ( developmentally appropriate) siswa.
Hubungan antara isi kurikulum dan metodologi yang digunakan dalam pembelajaran
harus didasarkan pada kondisi sosial emosional dan perkembangan intelektual
siswa. Jadi, usia siswa dan karakteristik individual lainnya serta kondisi
sosial dan lingkungan budaya siswa harus menjadi perhatian dalam merencanakan
pembelajaran.
2.
Membentuk group belajar yang sering tergantung (interdependent learning group). Siswa saling belajar dari sesamanya
di dalam kelompok kecil dan bekerja sama dalam tim lebih besar merupakan bentuk
kerja sama yang diperlukan oleh orang dewasa di tempat kerja dan konteks lain.
3.
Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated learning) yang memiliki
karekteristik, yaitu kesadaran berfikir, penggunaan setrategi dan motivasi
berkelanjutan. Berdasarkan penelitian bahwa usia 5-16 tahun secara bertahap
mengalami perkembangan kesadaran terhadap keadaan pengetahuan yang dimilikinya,
karakteristik tugas-tugas yang mempengaruhi pembelajaran secara individual dan
setrategi belajarnya. Guru harus menciptakan suatu lingkungan di mana siswa
dapat merefleksikan bagaimana mereka belajar, menyelesaikan tuga-tuga sekolah,
menghadapi hambatan dan berkerja sama
secara harmonis dengan yang lain.
4.
Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity
of student) di dalam kelas. Guru harus mengajar siswa dengan berbagai
keragamannya, misalnya latar belakang suku bangsa , setatus sosial ekonomi, bahasa
utama yang dipakai dirumah dan berbagai kekurangan yang mungkin dimiliki.
5.
Memperhatikan multi-intelegensi ( multi intelligence) siswa. Dengan
penggunakan pendekata pembelajaran, cara siswa berpatisipasi di dalam keras
harus mempertimbangkan delapan latar kecerdasannya, yaitu : liguistic, logikal-matematical, spatial
bodilykinaesthetic, misical, interpersonal dan intrapersonal. Untuk itu
guru harus memadukan berbagai setrategi pendekatan pembelajaran yang tentunya
mengurangi dominasi guru.
6.
Menggunakan teknik-teknik bertanya yang mengingatkan pembelajaran siswa,
perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan tingkat tinggi.
7.
Menerapkan penilaian autentik( authentic assesment ) penilaian autentik
mengevaluasi penerapan pengetahuan dan berfikir kompleks seorang siswa,
daripada hanya sekedar hafalan informasi faktual.kondisi alamiah pembelajaran
secara kontekstual memerlukan penilaian interdispliner yang dapat mengukur
pengetahuan dan keterampilan lebih dalam dan dengan cara yang bervariasi
dibandingkan dengan penilaian konvesional (satu disipliner).
E. Visi dan Kompetensi Guru
Guru harus memiliki visi yang tepat dan berbagai aksi inovatif. Visi
tanpa aksi adalah bagaikan sebuah impian, aksi tanpa visi bagaikan perjalanan
tanpa tujuan dan membuang-buang waktu saja. Visi dan aksi dapat mengubah dunia.
Guru dengan visi yang tepat memiliki pandangan yang tepat tentang pembelajaran,
yaitu (1) pembelajaran merupakan jantung dalam proses pendidikan sehingga
kualitas pendidikan terletak pada kualitas pembelajarannya dan sama sekali
bukan pada aksesoris sekolah, (2) pembelajaran tidak akan menjadi baik dengan
sendirinya, melainkan melalui proses inovasi tertentu sehingga guru di tuntut
melakukan berbagai pembaruan dalam hal pendekatan, metode, teknik, strategi, langkah-langkah,
media pembelajaran mengubah “status quo”
agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas, dan (3) harus dilaksakan atas
dasar pengabdian, sebagaimana pandangan bahwa pendidikan merupakan sebuah
pengabdian, bukan sebagai sebuah proyek. Guru dengan aksi inovatif dan mandiri
memiliki pandangan sebuah harapan tidak akan berarti apa-apa bilamana tidak
diiringi dengan berbagai program kerja pembaharuan menuju pembelajaran yang
berkualitas ( Bafadal I, 2003).
Keberadaan visi bagi guru sangat penting dalam menapaki perkerjaan yang
lebih baik. Ketercapaian predikat guru yang profesional tidak serta merta
diperoleh begitu saja. Paling tidak guru harus memiliki persepektif atau cara
pandang tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru yang lebih komperehensif.
Hal ini berarti visi guru harus mengikuti irama perkembangan dan perubahan yang
terjadi. Secara sederhana, ada tiga visi yang harus di miliki guru: Pertama, visi jangka panjang yang
selalu beroreintasi pada tujuan akhir dalam setiap langkah yang diperbuat.
Melakukan sesuatu secara optimal dan sungguh-sungguh memiliki kendali diri dan
sosial karena telah memiliki kesadararan akan adanya tujuan akhir dari
kehidupan ini. Memiliki kepastian akan masa depan dan ketenangan batiniah yang
tinggi yang tercipta oleh keyakinan akan adanya tujuan hidup. Kedua, visi jangka menengah , yang
selalu berorienatasi pada keberhasilan atas segala yang diperbuat, keinginan
untuk mencapai prestasi yang terbaik selalu menjadi cita-cita dan tujuan guru. Ketiga, visi jangka pendek yang selalu
berorientasi pada setiap waktu untuk melakukan kegiatan yang terbaik demi
memajukan peserta didik dan meraih keberhasilan dan prestasi yang
dicita-citakan.
Untuk menompang ketercapaian visi tersebut, guru harus mempunyai
kompetensi yang dipersyaratkan gina melaksanakan profesinya agar mencapai hasil
yang memuaskan. Kompetensi tersebut, yaitu: Pertama, kompetensi paedogogik dalah kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kemampuan yang
dimilikinya; Kedua, kompetensi
kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus dimiliki guru sebagai
individu yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia;
Ketiga, kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai materi
pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan mereka membimbing peserta
didik dalam menguasai materi yang diajarkan; Keempat, kompetensi sosial adalah
kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif, berinteraksi
dengan peserta diduk, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang toa/ wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
Kompetensi itu dipandang perlu sebagai bagian atau komponen yang tidak
terpisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya sebab pekerjaan
guru tidak gampang dan tidak sembarangan dilaksanakan melainkan harus memenuhi
beberapa persyaratan sebagai pendukung dan penunjang pelaksanan profesi. Jika
guru tidak mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan sangat mustahil akan
terwujud pelaksanaan kegiatan proses pendidikan di sekolah akan menjadi lebih
baik dan terarah. Kompetensi tersebut merupakan modal dasar bagi guru dalam
membina dan mendidik peserta didik sehingga tercapai mutu pendidikan yang akan
menghasilkan peserta didik yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang paripurna.
Bab III
PENUTUP
1.1 Tanggapan
Menurut saya di era perubahan
yang kita rasakan saat ini begitu banyak dampak positif dan dampak negatif yang
ditimbulkan dari globalisasi tersebut, salah satunya dalam dunia pendidikan.
Persoalan-persoalan yang muncul inilah yang menjadi tantangan, di mana
mengharuskan guru memiliki kompetensi yang komprehensif agar dapat menemukan
solusi untuk mengatasinya. Dengan tantangan-tantangan yang ada, guru harus bisa
menerapkan strategi-strategi yang terbaik agar visi dan misi pendidikan
nasional bisa terwujud, serta mampu menjadikan pilar pendidikan sebagai fondasi
pendidikan agar dapat menguasai pasar internasional. Tetapi proses belajar
mengajar yang terjadi saat ini masih banyak yang menggunakan metode
tradisional, dimana proses mengajar guru dengan menggunakan metode ceramah dan
proses belajar siswa dengan menghafal, sehingga untuk mencapai pendidikan yang
diinginkan akan lebih sulit. Hal ini seharusnya tidak terjadi jika guru
mengerti dengan hakikat belajar mengajar yang sebenar-benarnya. Jika hakikat
belajar mengajar yang bermakna progresif sudah diterapkan dengan baik, maka
fokus perhatian guru di sini adalah sebagai fasilitator demi tercapainya visi pendidikan
nasional. Hal yang benar jika adanya visi tanpa misi hanya merupakan impian dan misi tanpa visi adalah sia-sia.
Maka dari itu visi dan misi harus sejalan agar dapat merubah dunia. Untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, tidak bisa melakukan aksi yang asal-asalan
saja. Namun guru harus mempunyai kemampuan atau kompetensi yang komprehensif guna tercapainya pendidikan
yang lebih baik dan terarah. Disinilah peran guru yang sesungguhnya.
Menurut
saya peran guru supervisi pengajaran dalam pendidikan kali ini menuntut guru
untuk menjadi pengajar yang profesional dan sebagai fasilitator yang
memperhatikan perilaku siswa ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga
guru dapat mengamati berhasil atau tidaknya materi yang disampaikan, atau
diterimanya materi tersebut oleh siswa di dalam kelas. Dalam pendidikan,
keberadaan visi bagi guru sangat penting dalam menapaki perkerjaan yang lebih
baik sehingga ketercapaian predikat guru yang profesional tidak serta merta
diperoleh begitu saja. Paling tidak guru harus memiliki persepektif atau cara
pandang tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru yang lebih
komperehensif. Olek karena itu, kompetensi yang dimiliki guru sangat menunjang
keberhasilan mengajar di dalam kelas.
Menurut
saya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat ini, sangat
mempengaruhi peran guru sebagai pengajar yang berorientasi pada pendidikan.
Guru harus dapat menjadikan siswa lebih aktif dan membuka wawasan berpikirnya
seperti pada uraian materi yang telah diuraikan diatas. Dengan begitu siswa
akan memahami apa yang telah disampaikan oleh guru. Pada perubahan paradigma
pendidikan ada hal - hal penting yang harus diperhatikan, salah satunya harus
menguasai multi metode untuk mendorong siswa bereksplorasi, dari belajar
mengamati ke menjelaskan. Artinya siswa dituntut untuk lebih aktiv dalam proses
pembelajaran.
Dalam hakikat belajar mengajar, menurut saya siswa juga dituntut untuk
dapat menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah dalam menyelesaikan masalah.
Artinya siswa harus lebih terperinci dan
mengungkap fakta – fakta dalam menyelesaikan masalah. Sejalan dengan itu guru
senantiasa melatih siswa sebagai pendekatan pembelajaran. Guru juga harus memiliki visi yang tepat dan berbagai
inovasi. Saya setuju dengan hal ini, dengan visi yang tepat maka pembelajaran
menjadi lebih berkualitas. Dan keberadaan visi bagi guru sangat penting dalam
menapaki pekerjaan yang lebih baik. Untuk mencapai visi tersebut, guru
mempunyai empat kompetensi seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan.
Kompetensi inilah yang menjadi modal guru dalam membina dan mendidik siswa
sehingga tercapai mutu pendidikan yang berkualitas
Tanggapan menurut kelompok kami adalah untuk
menghasilkan lulusan yang bermutu di era
perubahan saat ini diperlukannya peran guru yang memiliki kompetensi agar dapat
menaklukkan tantangan-tantangan yang muncul dalam dunia pendidikan. Kompetensi
yang dimiliki tersebut salah satu yang ada di dalamnya yaitu bagaimana
menerapkan strategi yang telah dibuat agar mendapatkan solusi yang tepat.
Sejalan dengan pendidikan yang diinginkan,
perangkat sekolah harus paham juga dengan hakikat belajar mengajar. Sudah
saatnya perangkat sekolah meninggalkan makna belajar mengajar tradisional
tetapi yang harus diterapkan sekarang yaitu makna belajar dan mengajar yang
progresif. Di sini yang menjadi fookus
perhatian guru yaitu guru sebagai fasilitator (mempermudah proses belajar) dan
tidak menempatkan murid sebagai individu yang pasif. Peran guru yang baik
sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan visi yang dimiliki oleh guru itu sendiri.
Adanya visi sudah semestinya menghadirkan aksi-aksi yang didukung dengan
kompetensi yang komprehensif untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam dunia
pendidikan.
1.2 Kesimpulan
Berdasarkan teoritik yang dijelaskan dalam
pembahasan dan tanggapan secara individu maupun kelompok dapat disimpulkan
sesuai peran guru supervisi pengajaran adalah bagaimana seorang guru dapat
menaklukkan tantangan-tantangan yang dihadapi di era perubahan dalam dunia
pendidikan dengan strategi-strategi dan didukung dengan kualitas guru sehingga dapat tercapai pendidikan nasional
yang diinginkan. Dengan memahami dan menerapkan hakikat belajar mengajar, fokus
perhatian guru adalah sebagai fasilitator. Peran guru yang baik sangat
dipengaruhi oleh visi dan kompetensi yang dimiliki oleh guru agar dapat
mencapai hasil yang diinginkan dalam dunia pendidik
DAFTAR PUSTAKA
Saondi, Ondi, 2010.Etika
Profesi Keguruan.Bandung: PT Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat Datang Di Blogger Ignasius Fandy Jayanto