NAMA : IGNASIUS FANDY JAYANTO
NPM : 11310006
MATEMATIKA
(A)
1.
Deforestasi ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi
Deforestasi adalah perubahan hamparan hutan
menjadi bukan hutan. Deforestasi tidak hanya terjadi di hutan konservasi
ataupun hutan lindung saja, tetapi juga bisa terjadi di hutan produksi. Hutan
produksi yang terdapat di Pulau Jawa dikelola oleh Perum Perhutani. Pada
umumnya keberadaan hutan yang dikelilingi oleh desa dengan kondisi sosial,
ekonomi yang tergolong miskin. Kepemilikan lahan yang sempit, kemampuan
teknologi yang masih redah, serta kelangkaan modal dan akses pelayanan yang
langka membuat penduduk desa sekitar hutan sulit untuk bangkit dari belenggu
kemiskinannya. Sementara itu lahan hutan belum optimal memberikan sumbangan
pendapatan bagi masyarakat sekitar hutan.
Hutan Indonesia dikenal kaya dengan berbagai
kehidupan liar dan beragam tipe ekosistem (mega-biodiversity) serta
mempunyai peran yang sangat penting sebagai sistem penyangga kehidupan dunia.
Potensi tersebut menjadi perhatian dunia karena pentingnya hutan dilihat dari
sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Hutan Indonesia merupakan salah
satu penggerak utama roda perekonomian nasional, yang memberikan dampak positif
antara lain terhadap perolehan devisa, penyediaan lapangan kerja, mendorong
pengembangan wilayah, dan pertumbuhan ekonomi.
Sektor kehutanan di berbagai daerah saat ini menghadapi
masalah yang sangat kompleks. Hal ini terjadi karena peruntukan lahan oleh
masyarakat yang tidak sesuai serta kebijakan kehutanan yang tidak terstruktur.
Kebijakan pemerintah saat ini lebih memprioritaskan keuntungan di bidang
ekonomi, tanpa memperhatikan aspek sosial dan lingkungan (ekologi). Akibatnya,
hutan Indonesia mengalami deforestasi (kerusakan hutan dan ekosistem), termasuk
areal hutan lindung. Indonesia memiliki kawasan hutan lindung seluas 32,43 juta
Ha dari total areal hutan di Indonesia seluas 130,85 Ha. Menurut catatan
Departemen Kehutanan tahun 2006, terdapat 24,78 persen dari total luas hutan
lindung atau 6,27 juta Ha areal hutan lindung rusak parah. Bahkan, di antara
hutan lindung itu telah menjadi lahan budidaya non-kehutanan, seperti budidaya
tanaman kopi, cokelat, cengkeh, dan lada yang diusahakan masyarakat di sekitar
hutan lindung. Perubahan penggunaan lahan hutan lindung ini mengakibatkan
terganggunya fungsi hutan lindung yang ditandai penurunan tingkat penutupan
lahan hutan lindung, peningkatan laju erosi sehingga kualitas tanah menurun,
dan bencana alam.
Penebangan liar telah
menimbulkan masalah multidimensi yang berhubungan dengan aspek ekonomi, sosial
, budaya lingkungan. Hal ini merupakan konskwensi logis dari fungsi hutan yang
pada hakekatnya adalah sebuah ekosistem yang di dalamnya mengandung fungsi
dasar, yaitu fungsi produksi (ekonomi), fungsi lingkungan (ekologi), serta
fungsi sosial.
Dilihat dari aspek
sosial, penebangan liar menimbulkan konflik seperti konflik hak atas tanah,
konflik kewenangan mengelola hutan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah serta masyarakat setempat. Aspek budaya kegantungan masyarkat terhadap
hutan, penghormatan terhadap hutan yang masih dianggap nilai magic juga
ikut terpangaruh oleh praktek-praktek illegal logging yang pada akhirnya
merubah perspektip dan prilaku masyarakat adat setempat terhadap hutan.
Dampak kerusakan
ekologi (lingkungan) akibat penebangan liar bagi lingkungan dan hutan adalah
bencana alam, kerusakan flora dan fauna dan punahnya spesias langka. Prinsip
pelestraian hutan sebagaiman di indikasikan oleh ketiga fungsi pokok tersebut,
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu dengan lainnya. Oleh
karena itu pemanfatan dan pelastarian sumber daya hutan perlu dilakukan melalui
suatu sistem pengelolaan yang dapat menjaga serta meningkatkan fungsi dan
perananya bagi kepentingan generasi masa kini maupun generasi dimasa yang mendatang.
Dampak kerugian ekonomi
yang ditanggung oleh Negara dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh David
W. Brown pengamat ekonomi kehutanan dari Departement For International
Development (DFID) yang mengkalkulasikan kerugian finansial yang ditanggung
pemerintah akibat perdagangan kayu liar (illegal timber trading) adalah
sebesar US $ 1,632 milliar per tahun dan kerugian akibat penebangan liar (illegal
logging) di Indonesia mencapai US $ 5,7 miliar per tahun. Angka tersebut
diperoleh dari perhitungan 68 juta meter kubik kayu illegal yang dikonsumsi
pabrik kayu dalam negeri untuk diolah senilai US $ 4,08 miliar dikalikan dengan
pajak yang harus dibayar setiap meter kubik kayu, sebesar US $ 24.
2.
Perubahan iklim sebagai ancaman Negara Inggris
Perubahan iklim adalah
perubahan jangka panjang iklim dalam jangka waktu berdekade ke jutaan tahun.
Perubahan iklim bisa menunjukkan perubahan dalam rata-rata kondisi iklim, dapat
mennyebabkan perubahan iklim yang berkondisi ekstrim, atau setiap bagian dalam
iklim. Dengan kata lain perubahan iklim merupakan perubahan musiman jangka
panjang dalam pola suhu, Tetesan air, kelembaban, angin dan musim. Perubahan iklim bisa terjadi pada
wilayah tertentu, atau seluruh bumi. Perubahan-perubahan ini bisa bersumber
dari proses-proses dinamis di Bumi, daya-daya eksternal termasuk kelainan pada
panas matahari, dan baru-baru ini juga, kegiatan manusia.
Krisis iklim adalah isu politik ekonomi. Ini
adalah soal penguasaan akses ekonomi, alokasi sumber ekonomi, dan distribusi manfaat
atas sumber-sumber ekonomi, serta siapa yang memperoleh manfat (keuntungan),
siapa yang menanggung biaya (biaya kerusakan/ pencemaran lingkungan). Perubahan
Iklim sudah mulai mempengaruhi kehidupan di muka bumi. Di seluruh dunia, musim
bergeser, suhu merangkak naik dan permukaan laut bertambah tinggi. Kalau kita
tidak segera bertindak, perubahan Iklim akan secara permanen merubah tanah dan
air di mana kita bergantung agar bertahan hidup.
Di Negara Inggris guguran daun akan menghilang
karena pertumbuhan hutan bergerak ke arah utara, ke daerah yang lebih dingin. Ketika
tanaman mencoba menyesuaikan diri pada perubahan iklim dengan bergerak ke
daerah yang lebih dingin, binatang yang tergantung padanya juga terpaksa
pindah. Pembangunan yang pesat dan hambatan lain akan menghentikan migrasi
tumbuhan dan binatang itu. Beberapa spesies dan komunitas seperti misalnya
beruang kutub dan padang rumput pegunungan akan tetap tinggal di habitatnya
semula karena tidak punya pilihan lain, menjadikan kekayaan kehidupan liar kita
dalam bahaya kepunahan.
Perubahan Iklim mempengaruhi bisnis dan ekonomi di
rumah khususnya di Inggris dan diseluruh dunia. Kalau tidak dilakukan tindakan
apapun untuk mengekang emisi karbon dunia, Perubahan Iklim bisa menghabiskan
antara 5 sampai 20 persen pendapatan domestik bruto dunia per tahun,
berdasarkan laporan pemerintah Inggris, sebagai perbandingan, hanya diperlukan
biaya 1% PDB saja untuk mengurangi pengaruh Perubahan Iklim ini.
Suhu laut juga bertambah panas, ini mengakibatkan
munculnya bahaya seperti badai yang lebih kuat, pengelantangan terumbu karang
dan naiknya permukaan laut. Ketika bumi memanas, permukaan air laut meningkat
karena air yang lebih panas mengambil tempat yang lebih banyak dibanding air
yang dingin, proses ini disebut pemuaian. Glasier dan Gletser yang mencair
menambah masalah dengan menuangkan lebih banyak air tawar ke laut. Naiknya
permukaan laut akan menggenangi daerah dan pulau berpermukaan rendah, mengancam
kehidupan daerah pesisir yang padat penduduknya, mengikis garis pantai, merusak
bangunan dan merusak ekosistem seperti hutan bakau dan tanah basah yang
melindungi pantai dari badai. Masalah ini ditambah lagi dengan penurunan
permukaan tanah yang diakibatkan oleh beban yang dipikul tanah terlampau berat,
terutama didaerah dengan gedung-gedung pencakar langit, serta penghisapan air
tanah secara berlebihan.
Di dunia ini 3 milyard orang hidup dalam
kemiskinan, merekalah yang paling terkena dampak Perubahan Iklim. Kaum miskin
lebih tergantung pada sumberdaya alam dan paling tidak punya kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada Perubahan Iklim. Penyakit, turunnya hasil panen dan
bencana alam merupakan sedikit contoh akibat Perubahan Iklim yang dapat
menghancurkan masyarakat yang paling rentan ini.
Peningkatnya suhu memberi kekuatan pada cuaca dan
pola tumbuhan di seluruh dunia, memaksa spesies binatang bermigrasi ketempat
baru yang lebih sejuk agar bisa bertahan hidup.Perubahan iklim yang berlangsung
demikian cepat nampaknya melebihi kemampuan berbagai jenis spesies menyesuaikan
diri dengan bermigrasi. Para ahli meramalkan seperempat spesies di bumi akan
menuju kepunahan di tahun 2050 nanti, bila kecenderungan peningkatan suhu tetap
berlangsung seperti saat ini.
Ketika suhu
meningkat, demikian juga penyakit akibat kenaikan suhu, bahkan menimbulkan
kematian bagi manusia. Sebagai tambahan, Perubahan Iklim akan meningkatkan
penyebaran penyakit infeksi, ini terjadi terutama karena suhu yang lebih panas
menyebabkan serangga, binatang dan mikroba pembawa penyakit bisa hidup di
daerah yang dulunya menghambat mereka karena bersuhu dingin. Penyakit dan hama yang dulunya
terbatas untuk daerah tropis saja, seperti nyamuk pembawa malaria, mendapatkan
kondisi yang ramah bagi mereka di daerah baru yang dulunya terlalu dingin bagi
mereka.
Perubahan Iklim mengintensifkan sirkulasi air, di
atas dan di bawah permukaan tanah, mengakibatkan lebih sering terjadi
kekeringan dan banjir, yang lebih parah dan lebih luas cakupannya. Suhu lebih
tinggi meningkatkan jumlah cairan yang menguap dari tanah dan air, menyebabkan
terjadinya kekeringan di berbagai tempat. Tanah yang terpengaruh oleh
kekeringan akan lebih rentan terhadap banjir, ketika turun hujan.
Ketika suhu di seluruh dunia meningkat, kekeringan
akan lebih sering terjadi dan lebih parah, ini mengakibatkan kerusakan pada
pertanian, persediaan air dan kesehatan manusia. Fenomena ini dapat disaksikan
di beberapa bagian Asia dan Afrika, di mana kekeringan berlangsung lebih lama
dan lebih parah dari sebelumnya. Suhu
panas dan kondisi kering juga meningkatkan terjadinya kebakaran hutan, di
beberapa tempat, salju mencair sebelum waktunya, musim panas yang lebih panjang
dan peningkatan suhu di musim semi dan musim panas, sejak tahun 1970 telah
meningkatkan kebakaran hutan sebesar lebih dari 400%.
Kebakaran juga menyebabkan merkuri yang dibawa
angin meningkat. Separuh merkuri yang tertumpuk di atmosfir berasal dari tanah,
laut dan gunung berapi. Dan separuh lagi merupakan hasil kegiatan manusia,
melalui proses kimia yang dibantu sinar matahari, merkuri kemudian terurai dan
bersama hujan turun kembali ke bumi sebagai hujan asam. Inggris menemukan bahwa sekitar 10% dari total
penduduk bumi yang bermukim sekitar 10 meter dari pinggir pantai terancam akan
tenggelam ketika es di kutub mencair akibat perubahan iklim.
SUMBER BACAAN:
http://lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2011/12/Mardiana-Wachyuni.doc
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/01/inggris.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat Datang Di Blogger Ignasius Fandy Jayanto